Selasa 20 Oct 2020 04:45 WIB

Kunci Utama Indonesia Masuk 5 Besar Ekonomi Dunia

Kontribusi ekonomi Indonesia terhadap PDB global diperkirakan sebesar 2,9 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi
Foto: Republika
Pertumbuhan ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Laporan Bloomberg yang dianalisis dari data Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, Indonesia akan masuk dalam lima besar negara pengerek ekonomi global pada tahun depan. Tapi, untuk merealisasikannya, Indonesia harus bisa menangani krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyebutkan, prediksi Bloomberg didasari dengan asumsi yang sangat besar. Asumsi itu adalah bagaimana penanganan krisis kesehatan dari pandemi itu sendiri.

Baca Juga

Riefky mengatakan, ekonomi Indonesia tidak akan pulih tanpa menyelesaikan atau menangani dengan baik krisis kesehatan ini. "Ini tidak hanya berlaku untuk Indonesia, juga semua negara yang mengalami Covid-19," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (19/10).

Laporan Bloomberg memproyeksikan, kontribusi ekonomi Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global diperkirakan sebesar 2,9 persen, di atas Prancis dan Inggris yang masing-masing di level 2,6 persen. Indonesia tepat di bawah Jerman yang share-nya diperkirakan mencapai tiga persen.

Perkiraan tersebut disampaikan Bloomberg yang dianalisa dari data IMF dengan menggunakan metode Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli. Dengan metode ini, IMF menghilangkan perbedaan tingkat harga antar ekonomi.  dianggap lebih apple to apple dibandingkan metode sebelumnya, Market Exchange Rates (MER).

Bahkan, pada 2025, Indonesia akan menjadi kontributor terbesar keempat ke ekonomi global, melampaui Jerman yang semula berada di posisi keempat. Seperti dilansir dari Bloomberg Quint, Jumat (16/10), kontribusi ekonomi Indonesia diproyeksikan capai 3,5 persen ke PDB global.

Riefky mengatakan, prediksi itu sudah disampaikan banyak institusi internasional. Mereka memproyeksikan, Indonesia menjadi ekonomi keempat terbesar dunia. Potensi ini dimiliki Indonesia akibat beberapa hal, terutama jumlah populasi yang besar dan bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada sekitar tahun 2030.

Selain penanganan kesehatan, Riefky menambahkan, kunci lain untuk mengakselerasi ekonomi Indonesia adalah persiapan untuk proses pemulihan. "Ketika pandemi sudah berakhir, Indonesia harus mampu melakukan pemulihan secara optimal," ujarnya.

Untuk memastikan hal tersebut terjadi, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Di antaranya, Riefky menyebutkan, kesiapan untuk menarik investasi, revitalisasi sektor manufaktur hingga alih teknologi agar struktur ekonomi Indonesia naik kelas.

Tanpa adanya berbagai persiapan itu, Riefky menyebutkan, Indonesia tidak akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkualitas. "Justru, kita semakin terancam masuk ke middle income trap (jebakan kelas menengah)," tuturnya.

Kuncinya adalah, ujar Riefky, menyiapkan kondisi berbisnis di Indonesia untuk lebih mendorong pertumbuhan dan menarik investasi global. Dengan kata lain, membuat iklim investasi yang atraktif di Indonesia.

Poin ini diperlukan agar ketika Indonesia sudah masuk masa pemulihan ekonomi, investasi bisa segera masuk. Pembukaan pabrik akan berlangsung dan barang-barang dalam negeri bisa memiliki daya saing global yang lebih baik, sehingga proses pemulihan berjalan optimal.

Tanpa adanya persiapan, pemulihan akan terhambat dan investasi global justru lari ke negara-negara berkembang lain seperti Vietnam dan Thailand. "Kesempatan ini yang tidak boleh terlewatkan dan harus disiapkan dari sekarang. Tidak hanya bisnis, juga tenaga kerja dan makroekonomi akan mendapatkan optimum benefit pasca pandemi," kata Riefky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement