Rabu 29 Jul 2020 09:16 WIB

Kuartal II 2020, BTPN Kantongi Laba Bersih Rp 1,12 Triliun

Rasio Kredit Bermasalah BTPN meningkat jadi 1,12 persen pada Juni 2020.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
PT BTPN mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,12 triliun pada Juni 2020. Angka ini menurun sembilan persen secara year on year.
Foto: Antara
PT BTPN mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,12 triliun pada Juni 2020. Angka ini menurun sembilan persen secara year on year.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT BTPN mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,12 triliun pada Juni 2020. Angka ini menurun sembilan persen secara year on year. 

Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan penurunan tersebut disebabkan kenaikan cost of credit sebesar 63 persen dan tergerusnya pendapatan bunga.

Baca Juga

“Rasio kredit bermasalah (non-perfoming loan/NPL) gross mengalami kenaikan menjadi 1,12 persen, dari posisi Juni tahun lalu yang sebesar 0,81 persen, angka ini masih relatif rendah dibandingkan NPL industri perbankan yang pada April 2020 tercatat sebesar 2,89 persen,” ujarnya dalam keterangan tulis, Rabu (29/7).

Sedangkan kondisi likuiditas atau liquidity coverage ratio (LCR) dan net stable funding ratio (NSFR) berada jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100 persen, yaitu LCR tercatat 221,96 persen dan NSFR sebesar 116,56 persen per posisi akhir Juni 2020. 

“Kinerja yang relatif baik pada paruh pertama 2020 membuat kami semakin termotivasi untuk lebih baik dalam melayani jutaan masyarakat Indonesia,” ucapnya.

Perusahaan juga mampu menjaga rasio permodalan, pendanaan, maupun tingkat likuiditas tercatat tetap sehat, pertumbuhan kredit pada kuartal dua 2020 sebesar Rp 150,5 triliun atau tumbuh lima persen secarayear  on year dibanding posisi akhir Juni 2019. Adapun pertumbuhan kredit didorong oleh penyaluran kredit segmen korporasi tumbuh 18 persen dari Rp 75,2 triliun year on year menjadi Rp 88,6 triliun pada akhir Juni 2020. 

“Pembiayaan segmen korporasi yang merupakan pembiayaan jangka panjang; diantaranya untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan dan infrastruktur,” ucapnya.

Likuiditas BTPN terjaga dengan baik diantaranya dengan kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 101,4 triliun pada akhir Juni 2020 atau meningkat empat persen dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan DPK ditopang oleh kenaikan jumlah deposito, meskipun pada kuartal dua 2020 bunga deposito mengalami penurunan suku bunga sejalan dengan penurunan suku bunga acuan. 

“Kenaikan DPK di tengah penurunan suku bunga, mencerminkan kepercayaan nasabah kepada BTPN. Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 148,4 persen pada akhir Juni 2020. Dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,09 persen, modal inti merupakan 79 persen dari total modal BTPN,” jelasnya.

Dari sisi teknologi digital, BTPN berupaya mengembangkan Jenius sebagai platform untuk melayani segmen nasabah yang lebih luas. Hingga akhir Juni 2020, jumlah pengguna terdaftar Jenius mencapai 2,7 juta nasabah atau tumbuh 65 persen dari tahun sebelumnya.  

“Kondisi pandemi Covid-19 membuat kita semakin merasakan bahwa layanan perbankan digital sangat mendukung kehidupan kita sehari-hari. Hal itu membuat kami semakin meyakini platform ini akan terus dikembangkan untuk mendukung bisnis ritel Bank BTPN ke depannya,” ucapnya.

Terkait portofolio yang terdampak langsung dari pandemi, BTPN telah melakukan langkah restrukturisasi. Hingga Juni 2020, total nilai kredit yang disetujui untuk mendapat restrukturisasi tercatat sebesar Rp 4,1 triliun atau sekitar tiga persen dari keseluruhan portofolio kredit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement