Kamis 02 Apr 2020 23:27 WIB

Covid-19, British Airways Tangguhkan 36 Ribu Pekerja

British Airways menangguhkan 36 ribu pekerja akibat pandemi Covid-19

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Christiyaningsih
Maskapai British Airways. British Airways menangguhkan 36 ribu pekerja akibat pandemi Covid-19.
Foto: EPA/Andy Rain
Maskapai British Airways. British Airways menangguhkan 36 ribu pekerja akibat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Maskapai penerbangan British Airways (BA) mengumumkan akan menangguhkan sekitar 36 ribu pekerjanya akibat pandemi Covid-19. Pegawai yang ditangguhkan British Airways merupakan staf, awak kabin, staf darat, insinyur, hingga karyawan kantor pusat.

Maskapai yang mendaratkan pesawatnya di Gatwick itu disebut terus bernegosiasi dengan serikat pekerja. Alhasil, kedua pihak hingga kini juga menyatakan telah mendapat kesepakatan luas. Namun demikian, mereka juga mengaku masih ada beberapa hal yang perlu dirinci.

Baca Juga

“Pembicaraan masih berlanjut,” ujar seorang juru bicara BA seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (2/4).

Dalam kesepakatan yang didapat, sekitar 80 persen dari karyawan BA akan ditempatkan sebagai karyawan cuti. Akan tetapi di bandara Gatwick dan London, semua staf mulai ditangguhkan ketika maskapai sudah berhenti melayani penerbangan dari dan ke dua bandara tersebut hingga pandemi usai. Hal itu berbeda dengan Heathrow, yang masih menjalankan layanan.

Berdasarkan informasi, pegawai yang terdampak akan menerima sebagian upah dari skema retensi pekerjaan. Jumlah tersebut mencakup 80 persen gaji yang dibatasi dengan jumlah maksimal 2.500 Poundsterling sebulan.

Sejak penyebaran Covid-19 semakin masif, industri penerbangan menjadi salah satu industri yang paling terdampak. Alhasil, bukan hanya BA yang melakukan penangguhan itu. Ribuan pegawai lainnya bahkan dipaksa mengambil cuti tanpa dibayar.

Berbeda dengan BA, Easyjet dan Virgin saat ini sedang menyiapkan skema untuk ribuan awak yang di-PHK untuk menjadi sukarelawan selama dua bulan ke depan dengan NHS atau bekerja di supermarket. Walaupun demikian, secara umum perusahaan induk BA, International Airlines Group (IAG), berada dalam posisi keuangan yang lebih baik daripada operator lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement