Kamis 16 Dec 2021 23:38 WIB

EFishery Target Pembiayaan Rp 1,3 Triliun pada 2021

eFishery memprediksi jumlah pembudidaya yang bergabung capai 27 ribu pada 2021

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perusahaan startup akuakultur, eFishery memprediksi jumlah pembudidaya yang telah bergabung dalam ekosistem eFishery sebanyak 27 ribu orang sampai akhir 2021. Angka ini meningkat 1.074 persen dibandingkan jumlah pembudidaya yang menggunakan layanan eFishery pada 2020.
Foto: eFishery
Perusahaan startup akuakultur, eFishery memprediksi jumlah pembudidaya yang telah bergabung dalam ekosistem eFishery sebanyak 27 ribu orang sampai akhir 2021. Angka ini meningkat 1.074 persen dibandingkan jumlah pembudidaya yang menggunakan layanan eFishery pada 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Perusahaan startup akuakultur, eFishery memprediksi jumlah pembudidaya yang telah bergabung dalam ekosistem eFishery sebanyak 27 ribu orang sampai akhir 2021. Angka ini meningkat 1.074 persen dibandingkan jumlah pembudidaya yang menggunakan layanan eFishery pada 2020. 

CEO dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah mengatakan semakin bertambahnya jumlah pembudidaya ikan dan udang yang menggunakan teknologi eFishery maka perputaran ekonomi sektor perikanan budidaya maupun industri pendukungnya semakin meningkat. 

“Teknologi itu membuka kolaborasi karena inovasi yang dihasilkan teknologi itu membuka akses kepada seluruh pelaku usahanya dan menciptakan value bersama-sama. Jika tahun ini kami bisa merangkul 27 ribu pembudidaya, tahun depan kami bidik 200 ribu pembudidaya yang tersebar di 250 kabupaten/kota bisa bergabung dalam ekosistem kami,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (16/12).

Gibran menyebut jumlah pakan ikan yang didistribusikan eFishery kepada pembudidaya melalui fitur KABAYAN atau Kasih, Bayar Nanti. Adapun fitur ini diberikan kepada para pembudidaya berbentuk modal pakan, yang dapat dibayarkan oleh pembudidaya setelah menikmati hasil panen. 

 

Fitur KABAYAN juga menggandeng sejumlah financial institute untuk memberikan pinjaman modal kepada pembudidaya. Sejak Kabayan pertama kali diperkenalkan pada 2020 lalu, Gibran mencatat jumlah petani yang memanfaatkan kemudahan dalam membeli pakan tersebut mencapai enam ribu orang dengan total jumlah pakan yang disalurkan sebanyak 25 ribu ton atau setara Rp 400 miliar. 

“Tahun depan, kami targetkan jumlah pembudidaya yang memanfaatkan Kabayan sebanyak 30.000 orang, dengan total pembiayaan mencapai Rp 1,3 triliun dan jumlah pakan yang disalurkan sebanyak 100 ribu ton,” ucapnya.

Kemudahan yang dirasakan petani dalam mendapatkan pakan tentu berimbas kepada jumlah ikan yang berhasil dipanen dan dijual dengan memanfaatkan fitur marketplace perikanan eFresh dari eFishery. Pada tahun ini menurut eFishery, lebih dari 13 ribu ton ikan hasil panen pembudidaya telah didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. 

“eFishery mencatatkan total transaksi sebesar Rp 420 miliar dari distribusi ikan dalam negeri dan ekspor udang pada 2021,” ucapnya.

Berbekal sejumlah pencapaian tersebut, sepanjang 2021 pendapatan eFishery tumbuh 140 persen dibandingkan tahun lalu. Selain KABAYAN dan eFresh, pendapatan perusahaan juga ditopang oleh sejumlah pengembangan inovasi dan teknologi melalui fitur eFeeder, eFarm, eFisheryKu, dan juga eMall. 

Pencapaian yang didapatkan eFishery menurut Gibran berasal dari pemanfaatan teknologi yang selain ditujukan peningkatan produktivitas sektor akuakultur, juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup dan usaha para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia. 

“Ekosistem digital sudah lebih besar sekarang dan penetrasinya sudah masuk ke pelosok dan membuka akses layanan finansial, ecommerce maupun layanan perikanan seperti eFishery. Mayoritas pembudidaya yang kami survey mengaku tidak kesulitan dan merasa perlu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan hasil produksinya,” ucapnya.

Ke depan eFishery berkomitmen untuk memberikan dukungan yang lebih besar lagi pertumbuhan industri akuakultur di Indonesia. “Dengan harapan bersama eFishery, kita bisa ciptakan pangan Indonesia yang berkelanjutan,” pungkas Gibran. 

Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri  menuturkan saat ini produksi perikanan budidaya Indonesia nomor dua terbesar di dunia. 

“Pada 2019, Tiongkok itu produksi ikan budidayanya 68,42 juta ton per tahun. Sedangkan Indonesia posisi kedua dengan 15,89 juta ton. Padahal panjang garis pantai Tiongkok yang bisa dimanfaatkan budidaya hanya 14.500 km, sementara Indonesia punya 99.083 km,” kata Rokhmin. 

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut menilai untuk bisa meningkatkan produksi perikanan nasional, dibutuhkan inovasi teknologi seperti yang dilakukan eFishery. 

“Untuk bisa mencapai target produksi dua juta ton pada 2024 itu sebenarnya memungkinkan karena Indonesia punya potensinya terbesar di dunia. Maka itu perlu anak-anak muda untuk menggenjot ini,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement