Sabtu 27 Nov 2021 18:20 WIB

Erick Thohir: Merah Putih Fund Diluncurkan Desember 2021

Merah Putih Fund merupakan pendanaan lokal guna mendukung perusahaan startup.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo akan meluncurkan Merah Putih Fund pada pertengahan Desember mendatang. Hal itu disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam Orasi Ilmiah yanh digelar Universitas Brawijaya, Malang, Sabtu (27/11).

Sebagai informasi, Merah Putih Fund merupakan pendanaan lokal guna mendukung perusahaan rintisan atau startup Indonesia agar menjadi perusahaan berskala lebih besar.b“Kita akan meluncurkan Merah Putih Fund didukung Telkom dan Telkomsel,” kata Erick.

Baca Juga

Merah Putih Fund pun bakal melibatkan tiga perusahaan BUMN lainnya yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. Menurutnya, intervensi dari BUMN diperlukan dalam proses pendanaan agar perusahaan rintisan lokal lebih nasionalis.

Ia mengunhkapkan, banyak perusahaan rintisan Indonesia yang pindah ke luar negeri untuk memperoleh pendanaan lebih besar. Maka guna menekan risiko tersebut, nantinya perusahaan rintisan yang akan memperoleh pendanaan harus dibangun oleh orang Indonesia, beroperasi di dalam negeri, dan harus melakukan penawaran saham perdana atau go public di Tanah Air.

 

"Boleh go public di luar negeri, tetapi harus terlebih dahulu di Indonesia," tuturnya. Erick melanjutkan, saat ini jumlah perusahaan rintisan di Indonesia yang masih kalah dengan negara lain, seperti China dan Amerika Serikat. 

Pada kesempatan itu, ia menuturkan, sebagai Menteri BUMN, kata Erick, tanggung jawabnya sangat berat. Hal itu karena, dirinya harus memastikan sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia.

Menurutnya, BUMN merupakan sepertiga kekuatan ekonomi nasional. Sayangnya saat pandemi, 90 persen perusahaan milik negara tersebut turut terdampak.

"Selain kekuatan, BUMN juga penyeimbang dan intervensi. BUMN itu unik, dia korporasi tapi juga public service, misal karena Covid-19 penumpang kereta api hanya 15 persen, kalau rugi begitu perusahaan swasta bisa setop, tapi BUMN nggak boleh setop," tutur Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement