Kamis 28 Oct 2021 09:07 WIB

Pemerintah Tingkatkan Kinerja Industri Manufaktur

Industri manufaktur selama tujuh tahun ini memberikan peran yang cukup penting.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). Pemerintah bertekad terus meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur sebagai salah satu penopang utama terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). Pemerintah bertekad terus meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur sebagai salah satu penopang utama terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bertekad terus meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur sebagai salah satu penopang utama terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menjalankan berbagai program dan kebijakan strategis guna memacu aktivitas produksi dalam memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

“Meski dihadapkan pada sekian tantangan global, sektor industri manufaktur Indonesia selama tujuh tahun pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo tetap memainkan peranan pentingnya sebagai tulangpunggung perekonomian nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (28/10). 

Ia menyebutkan, pada masa pemerintahan Presiden Jokowi selama tujuh tahun ini diwarnai berbagai peristiwa penting global yang mengiringi perjalanan ekonomi nasional, khususnya pada sektor industri manufaktur. Beberapa peristiwa dimaksud antara lain penurunan harga beberapa komoditas yang berakibat pada adanya tekanan terhadap ekspor Indonesia.

Berikutnya, pelambatan ekonomi China sebagai entitas ekonomi terbesar dunia yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara global, perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang menciptakan kembali high cost economy dan mengganggu sisi supply, serta dampak pandemi Covid-19 yang memberikan tekanan terhadap kinerja sektor industri baik dari sisi supply maupun demand.

“Dengan latar belakang kondisi global yang penuh gejolak dan ketidakpastian tersebut, perjuangan bangsa Indonesia dalam membangun sektor industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif menghadapi tantangan yang tidak mudah,” ungkap Agus.

Meski begitu, melalui kerja keras dan ketangguhan para pelaku industri di Tanah Air dalam upaya menghadapi berbagai tantangan global tersebut, sektor industri pengolahan nonmigas dinilaibmasih mampu mencatatkan kinerja yang cukup gemilang. Adapun capaian kinerja industri manufaktur yang membanggakan, di antaranya terlihat dari realisasi nilai investasi sektor sekunder ini pada periode pertama Pemerintahan Jokowi (tahun 2015 sampai 2019) yang secara total menembus Rp 1.280 triliun. Nilai rata-rata investasi tahunan sebesar Rp 250 triliun.

“Total nilai investasi selama periode lima tahun pertama ini bahkan lebih besar dari nilai investasi yang terakumulasi selama 10 tahun pada kurun waktu 2005 sampai 2014,” kata Agus. 

Sementara, pada periode kedua Pemerintahan Jokowi, realisasi investasi di sektor manufaktur sepanjang 2020 tercatat sebesar Rp 270 triliun, lebih tinggi dari nilai rata-rata periode sebelumnya meski sektor industri mendapat hantaman keras atau hard hit dari dampak pandemi Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement