Rabu 28 Oct 2020 15:30 WIB

Menkeu Harap Konsumsi Rumah Tangga Dekati Nol Persen

Tren negatif diproyeksikan terjadi kembali pada periode Juli hingga September.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat dapat mendekati level nol persen. Sebelumnya, pada kuartal kedua, indikator ini mengalami kontraksi hingga 5,5 persen. Tren negatif diproyeksikan terjadi kembali pada periode Juli hingga September.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat dapat mendekati level nol persen. Sebelumnya, pada kuartal kedua, indikator ini mengalami kontraksi hingga 5,5 persen. Tren negatif diproyeksikan terjadi kembali pada periode Juli hingga September.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat dapat mendekati level nol persen. Sebelumnya, pada kuartal kedua, indikator ini mengalami kontraksi hingga 5,5 persen. Tren negatif diproyeksikan terjadi kembali pada periode Juli hingga September.

Sri menjelaskan, perbaikan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga sudah mulai terlihat pada kuartal ketiga. Berbagai relaksasi aktivitas ekonomi seiring dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi faktor utamanya.

Baca Juga

Meski demikian, pertumbuhan negatif masih sulit dihindari pada kuartal ketiga mengingat PSBB di Jakarta dan beberapa daerah sekitarnya sempat diperketat. "Tapi, (re: kontraksi) lebih rendah dibandingkan kuartal kedua yang mencapai minus 5,5 persen," ucapnya dalam Konferensi Pers Komite Sistem Stabilitas Keuangan (KSSK) secara virtual, Selasa (27/10).

Tren pemulihan konsumsi rumah tangga, kata Sri, semakin terjadi pada kuartal terakhir. Hal ini sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat di pusat aktivitas dan aktivitas dunia usaha yang mengarah pada level normal.

"Kita lihat untuk konsumsi (rumah tangga) diharapkan akan bisa meningkat sehingga mendekati nol persen pada kuartal keempat," tuturnya.

Harapan pemerintah yang besar terhadap pertumbuhan belanja rumah tangga bukan tanpa alasan. Konsumsi masyarakat biasa berkontribusi hingga lebih dari 30 persen atau menjadi penyumbang terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB). Jika indikator ini tumbuh positif, ekonomi pun dapat memulih dibandingkan periode sebelumnya.

Tidak hanya konsumsi rumah tangga, Sri menyebutkan, tren pemulihan juga terlihat pada indikator pembentuk PDB lain. Seperti investasi yang kembali membaik sejalan dengan dimulainya kembali pembangunan berbagai proyek. Kinerja ekspor pun diyakini akan terus tumbuh mengingat tingkat permintaan dari negara lain naik seiring aktivitas ekonomi global yang sudah menggeliat.

Pemulihan juga diyakini terjadi pada belanja pemerintah. Pada kuartal ketiga, pertumbuhannya diperkirakan mencapai double digit, yaitu antara 9,8 hingga 18,8 persen. Angka ini naik signifikan setelah mengalami kontraksi 6,9 persen pada periode April sampai Juni. Saat itu, Sri menjelaskan, akselerasi belanja yang belum terjadi akibat tiba-tiba mengalami Working From Home (WFH).

Pemulihan belanja pemerintah diyakini terus terjadi sampai kuartal keempat dengan proyeksi pertumbuhan di level lima persen. "Tentu dengan asumsi bahwa seluruh momentum belanja dan eksekusi belanja Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan K/L tetap terjaga," tutur Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement