Kamis 22 Oct 2020 11:07 WIB

Sri Mulyani Harap Pesantren Jadi Sentra Ekonomi Kerakyatan

Pemerintah telah mengalokasikan Rp 2,6 triliun untuk membantu pesantren.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, santri dan pesantren di seluruh Indonesia mampu menjalankan peranan penting sebagai sentra atau hub bagi kegiatan ekonomi kerakyatan, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat sekitar.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, santri dan pesantren di seluruh Indonesia mampu menjalankan peranan penting sebagai sentra atau hub bagi kegiatan ekonomi kerakyatan, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat sekitar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, santri dan pesantren di seluruh Indonesia mampu menjalankan peranan penting sebagai sentra atau hub bagi kegiatan ekonomi kerakyatan, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat sekitar.

Menurut Sri, pemberdayaan dan peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat sekitar merupakan salah satu wujud jihad. "Karena, khoirunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi masyarakat lain," tuturnya dalam Webinar Akselerasi Ekonomi Kerakyatan Berbasis Pesantren dan Komunitas dalam rangka Hari Santri Nasional, Kamis (22/10).

Sri juga menekankan harapannya kepada santri dan pesantren untuk dapat menjadi sumber inspirasi terhadap daya tahan ekonomi serta mampu terus berkreasi. Khususnya di tengah cobaan pandemi Covid-19 saat ini.

Sri menyebutkan, pemerintah telah memberikan alokasi Rp 2,6 triliun untuk membantu menyiapkan pesantren dalam beradaptasi terhadap kebiasaan baru akibat pandemi Covid-19. Di antaranya, bantuan Rp 2,38 triliun guna membantu operasi pendidikan dari lembaga pesantren dan Madrasah Diniyah, Takmiliyah dan Lembaga Pendidikan Alquran.

Bantuan pembelajaran online untuk pesantren selama tiga bulan juga sudah diberikan dengan anggaran Rp 211,7 miliar. Sri menuturkan, perhatian juga diberikan pemerintah kepada tenaga pengajar. "Pemerintah memberikan insentif untuk guru, ustadz dan pengasuh pondok pesantren melalui bantuan sosial," ucapnya.

Seiring dengan itu, bantuan pembangunan atau perbaikan sarana prasarana seperti tempat wudhu, wastafel dan tempat cuci tangan di 100 pesantren yang tersebar di 10 provinsi ikut dilakukan. Di luar itu, bantuan dari berbagai anggaran Kementerian/Lembaga mencapai lebih dari Rp 991 miliar.

Terlepas dari bantuan pandemi, Sri menuturkan, pemerintah mendukung potensi santri yang berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) dan koperasi berbasis industri kelapa sawit.

Kementerian Keuangan melalui Badan Layanan Umum (BLU) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah meluncurkan pengembangan program Santripreneur berbasi sawit sebagai program pemberdayaan ekonomi daerah. "Program ini diluncurkan pada 1 Oktober lalu," ucap Sri.

Peningkatan kapasitas dan peranan dari para santri juga dilakukan melalui investasi di bidang pendidikan. Sri menyebutkan, pemerintah telah membangun dana beasiswa LPDP khusus untuk santri. Sampai tahun lalu, setidaknya 293 santri telah dikirimkan ke berbagai universitas di luar negeri untuk mengikuti program magister dan dokter.

Sebagai penutup sambutan, Sri memberikan pesan kepada santri untuk tetap menjaga kesehatan dan memiliki jiwa serta hati yang besar. "Memiliki ilmu dan akhlak mulia serta mampu memberikan kontribusi besar bagi kemajuan bangsa Indonesia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement