Selasa 29 Sep 2020 11:42 WIB

'Pandemi Berdampak ke Ekonomi Secara Berkepanjangan'

Jika tak diperbaiki, pandemi dapat mengurangi pertumbuhan regional selama satu dekade

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Bank Dunia menyebutkan, pandemi Covid-19 akan mengakibatkan dampak berkepanjangan terhadap angka pertumbuhan inklusif untuk jangka yang lebih panjang. Sebab, pandemi telah mencederai investasi, modal manusia, dan produktivitas.
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Bank Dunia menyebutkan, pandemi Covid-19 akan mengakibatkan dampak berkepanjangan terhadap angka pertumbuhan inklusif untuk jangka yang lebih panjang. Sebab, pandemi telah mencederai investasi, modal manusia, dan produktivitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyebutkan, pandemi Covid-19 akan mengakibatkan dampak berkepanjangan terhadap angka pertumbuhan inklusif untuk jangka yang lebih panjang. Sebab, pandemi telah mencederai investasi, modal manusia, dan produktivitas.

Kondisi utang negara dan swasta, kemungkinan menghambat investasi dan menjadi risiko bagi stabilitas perekonomian. Hal ini seiring dengan memburuknya neraca perbankan dan meningkatnya ketidakpastian.

Baca Juga

Di satu sisi, masyarakat yang sakit, tidak punya pekerjaan, dan penutupan sekolah dapat mengakibatkan terkikisnya modal manusia. Pendapatan mereka, bahkan, berpotensi hilang sepanjang hidup.

Sementara, tutupnya perusahaan dan gangguan pada hubungan antara perusahaan dengan para pekerjanya dapat mengurangi produktivitas melalui hilangnya asset-aset tak berwujud yang bernilai.

Gangguan terhadap kegiatan perdagangan dan rantai nilai global (global value chains) juga dapat merusak produktivitas dengan adanya berbagai alokasi sumber daya yang tidak terlalu efisien. Khususnya di lintas-sektor maupun lintas perusahaan dan meredam penyebaran teknologi.

"Jika tidak diperbaiki, berbagai konsekuensi dari pandemi ini dapat mengurangi pertumbuhan regional selama satu dekade ke depan sebesar 1 poin persentase per tahun," tulis Bank Dunia dalam Laporan Ekonomi Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober, From Containment to Recovery, yang dirilis Selasa (29/9).

Bank Dunia mencatat, pemerintah dihadapkan pada banyak pilihan sulit. Belanja besar untuk bantuan ataupun stimulus untuk mendukung konsumsi mungkin akan menyebabkan pemerintah yang sudah berhutang kurang siap untuk berinvestasi pada infrastruktur. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan.

Bank Dunia juga menyebutkan, bagaimana pemerintah membagi beban hutang publik pada perorangan dan suatu periode waktu tertentu akan menjadi penting bagi pertumbuhan maupun distribusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement