Ahad 27 Sep 2020 02:55 WIB

Masyarakat Didorong Tingkatkan Literasi Keuangan

Salah satu sumber informasi terlengkap adalah situs edukasi milik OJK.

  Petugas memberikan penyuluhan kepada warga saat peresmian sosialisasi Si MObil LitErasi Keuangan (SiMOLEK) di Pasar Juanda, Bekasi, Jawa Barat, Senin (5/5).
Foto: dokrep
Petugas memberikan penyuluhan kepada warga saat peresmian sosialisasi Si MObil LitErasi Keuangan (SiMOLEK) di Pasar Juanda, Bekasi, Jawa Barat, Senin (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat didorong untuk terus meningkatkan literasi keuangan. Sebab, literasi keuangan dapat membuat seseorang terhindar dari kerugian akibat ketidakpahaman masalah finansial. 

Corporate Secretary Akulaku Finance Indonesia Wildan Kesuma menjelaskan, literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku individu untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan. Aspek ini yang harus ditingkatkan tingkatkan sebelum mulai mengambil keputusan yang bisa memengaruhi kondisi keuangan. 

Wildan menuturkan, sebagai perusahaan pembiayaan berbasis digital yang terdaftar dan diawasi OJK, Akulaku Finance melihat literasi keuangan adalah pemahaman yang sangat diperlukan dan harus dimiliki oleh masyarakat.  "Banyak masyarakat yang merugi karena ada institusi yang menawarkan produk investasi tidak kredibel, produk investasi yang dijual ternyata fiktif. Kalau kita memiliki literasi keuangan yang baik, seharusnya kita bisa mengetahui cara agar terhindar dari berbagai tawaran investasi fiktif," kata Wildan, di Jakarta, Sabtu (26/9). 

Wildan menambahkan, pemahaman literasi keuangan dapat ditingkatkan dengan cara membaca artikel mengenai literasi keuangan pada sumber berita atau artikel terpercaya. Salah satu sumber informasi terlengkap mengenai literasi keuangan adalah situs edukasi milik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni www.sikapiuangmu.ojk.go.id.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2019 yang dilakukan oleh OJK menunjukkan, masyarakat Indonesia pada umumnya belum sepenuhnya mengerti bagaimana cara meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Hal itu terlihat dari indeks tingkat literasi keuangan di OJK yang mencapai angka 38,03 persen.

Di masa pandemi ini, kebiasaan masyarakat dipaksa berubah drastis. Masyarakat mengubah kebiasaannya dari yang berbelanja langsung di swalayan atau pasar, kini kian terbiasa dengan berbelanja daring. Masyarakat juga membiasakan diri untuk membayar secara non-tunai atau memanfaatkan pembayaran secara digital.

Ternyata, perubahan kebiasaan itu membawa peluang usaha yang menarik bagi para merchant e-commerce, salah satunya adalah merchant di Akulaku Silvrr Indonesia yang merupakan lini bisnis e-commerce marketplace di bawah Akulaku Group. 

Business Development Manager Akulaku Silvrr Indonesia Adrian Iskandar menjelaskan, ada merchant di platform e-commerce Akulaku yang baru mulai berjualan menjelang masa pandemi dimulai dan ternyata penjualannya tetap bagus hingga sekarang.

"Kita melihat hal ini selain karena kebiasaan masyarakat yang berubah, juga disebabkan oleh kemampuan merchant dalam berinovasi saat berjualan di platform e-commerce dan juga menunjukkan besarnya potensi dalam berjualan dan bertransaksi secara daring," ujar Adrian.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement