Rabu 12 Aug 2020 11:08 WIB

Resesi Bagian Normal dari Siklus Bisnis?

Penting mengetahui hubungan antara resesi dan siklus bisnis.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Kepadatan lalu lintas di kawasan Pasar Baru, Kota Bandung, Kamis (25/6). Resesi mulai ramai dibincangkan setelah sejumlah negara mengklaim kondisi tersebut setelah ekonominya terkontraksi tajam akibat pandemi Covid-19. Faktanya, menurut National Bureau of Economic Research (NBER) telah terjadi 33 kali resesi di Amerika Serikat (AS) sejak 1857.
Foto: undefined
Kepadatan lalu lintas di kawasan Pasar Baru, Kota Bandung, Kamis (25/6). Resesi mulai ramai dibincangkan setelah sejumlah negara mengklaim kondisi tersebut setelah ekonominya terkontraksi tajam akibat pandemi Covid-19. Faktanya, menurut National Bureau of Economic Research (NBER) telah terjadi 33 kali resesi di Amerika Serikat (AS) sejak 1857.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Resesi mulai ramai dibincangkan setelah sejumlah negara mengklaim kondisi tersebut setelah ekonominya terkontraksi tajam akibat pandemi Covid-19. Faktanya, menurut National Bureau of Economic Research (NBER) telah terjadi 33 kali resesi di Amerika Serikat (AS) sejak 1857.

Dengan adanya hal tersebut, resesi dianggap menjadi bagian normal dari siklus bisnis. Dikutip dari Business Insider, Dosen Senior Ekonomi Universitas Fordham mengatakan penting untuk mengetahui hubungan antara resesi dan siklus bisnis.

Baca Juga

Siklus bisnis melacak fluktuasi naik dan turunnya dalam aktivitas ekonomi di AS selama tren pertumbuhan jangka panjang. Hal tersebut membuat resesi sering menjadi titik fokus kebijakan ekonomi.

Siklus bisnis dapat dipahami melalui empat fase yang berbeda. Pertama yakni fase ekspansi yang merupakan periode pertumbuhan ekonomi dan ditandai dengan peningkatan lapangan kerja, pembengkakan belanja, dan permintaan konsumen yang mengarah pada peningkatan produksi dan biaya barang dan jasa.

Kedua yakni fakse puncak yang merupakan titik tertinggi dari siklus bisnis. Fase tersebut menandakan kapan perekonomian telah mencapai puncak output-nya dan biasanya dilihat sebagai titik balik menuju fase kontraksi.

Fase ketiga yakni kontraksi yang merupakan suatu periode yang ditandai dengan penurunan aktivitas ekonomi. Kondisi tersebut sering diidentifikasikan dengan penurunan PDB, peningkatan pengangguran, dan indikator ekonomi terkait lainnya. Lalu saat pertumbuhan ekonomi terkontraksi, ekonomi memasuki resesi.

Fase keempat yakni palung yang berarti menjadi titik terendah dari siklus bisnis yang menandai dasar aktivitas ekonomi. Palung merupakan titik balik dan diikuti oleh gelombang ekspansi baru.

Meskipun begitu, siklus bisnis tersebut tidak terjadi pada interval yang dapat diprediksi. Hanya saja sebaliknya, masa berlangsungnya siklus tersebut tidak teratur dan tingkat keparahannya dicerminkan oleh variabel ekonomi di setiap waktunya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement