Jumat 07 Aug 2020 16:14 WIB

OJK: Investor Ritel Tekan Penurunan IHSG

Secara year to date, IHSG sudah terkoreksi sebesar 18,34 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan memotret layar Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (5/8). Secara year to date, IHSG sudah terkoreksi sebesar 18,34 persen.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Karyawan memotret layar Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (5/8). Secara year to date, IHSG sudah terkoreksi sebesar 18,34 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut investor ritel merupakan penopang penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen IHSG masih mampu mempertahankan indeks di atas level 5.000 meskipun asing banyak melakukan aksi jual.  

"Di satu sisi kita merasa khawatir karena asing keluar, namun di sisi lain investor ritel cukup membanggakan karena bisa meningkatkan daya tahan di Bursa Efek Indonesia," kata Hoesen, Jumat (7/8).

Baca Juga

Seperti diketahui, sejak awal tahun pasar saham domestik telah mengalami koreksi akibat tertekan berbagai sentimen global maupun dalam negeri. Secara year to date, IHSG sudah terkoreksi sebesar 18,34 persen. Namun dalam tiga bulan terakhir, IHSG kembali menunjukkan tren positif.

Menurut Hoesen, kondisi pasar saham domestik saat ini sudah jauh berbeda dengan beberapa tahun lalu yang masih sangat bergantung dengan investor asing. Porsi asing yang mendominasi membuat IHSG goyah ketika mereka ramai-ramai melakukan aksi jual. 

Sebaliknya, lanjut Hoesen, meskipun saat ini aliran dana asing yang keluar dari pasar modal sudah mencapai Rp 20 triliun, indeks domestik masih punya ketahanan yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, keberadaan investor ritel harus dipertahankan untuk meningkatkan ketahanan pasar saham domestik. 

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 31 Juli 2020, jumlah investor ritel yang tercatat di pasar modal mencapai 3,02 single investor identification (SID). Jumlah tersebut naik 21,77 persen dari tahun lalu yang sebanyak 2,48 juta SID.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement