Selasa 04 Aug 2020 16:04 WIB

Pertumbuhan Kredit Diprediksi Capai 3 Persen

Membaiknya penyaluran kredit ini tercermin dari portofolio kredit yang terus membaik.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Kredit bank (ilustrasi). Penyaluran kredit pada tahun 2020 diprediksi masih tumbuh positif di tengah melambatnya perekonomian dalam negeri.
Foto: Tim Infografis Republika
Kredit bank (ilustrasi). Penyaluran kredit pada tahun 2020 diprediksi masih tumbuh positif di tengah melambatnya perekonomian dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyaluran kredit pada tahun 2020 diprediksi masih tumbuh positif di tengah melambatnya perekonomian dalam negeri. Pefindo Biro kredit memperkirakan pertumbuhan kredit bisa mencapai 2-3 persen hingga akhir tahun nanti. 

Penyaluran kredit mulai membaik seiring dilonggarkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). "Ketika new normal diberlakukan, lembaga keuangan mulai kembali menyalurkan kredit secara perlahan," kata Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, Yohanes Arts Abimanyu, Selasa (4/8).

Baca Juga

Membaiknya penyaluran kredit ini tercermin dari nilai portofolio kredit yang terus mengalami kenaikan. Pada Maret dan April 2020 saat masa pemberlakuan PSBB terjadi penurunan nilai portofolio kredit anggota Pefindo Biro Kredit masing-masing tercatat sebesar Rp 585,59 trilliun dan Rp 159,80 triliun dibanding bulan sebelumnya.

Setelah PSBB mulai dilonggarkan, nilai portfolio kredit anggota Pefindo Biro Kredit pada Mei 2020 nilainya tercatat sebesar Rp3.384,41 trilliun atau naik 3,66 persen dibanding April 2020. Lalu pada Juni 2020 nilainya tercatat Rp 3.364,94 triliun, atau naik 3,06 persen dibandingkan April 2020 tetapi turun 0,58 persen dibandingkan Mei 2020.

Mulai membaiknya indikator perkreditan sejak Mei lalu disebabkan oleh mulai pulihnya kegiatan usaha. Selain itu, program restrukturisasi dan stimulus yang belakangan gencar dilakukan oleh lembaga keuangan juga berjalan efektif. 

Untuk itu, lanjut Abimanyu, momentum perbaikan ini harus dimanfaatkan lembaga keuangan untuk mengoptimalkan perannya dengan menyalurkan kredit secara selektif dan mengedepankan pengelolaan risiko. Hal tersebut untuk menghindari potensi kenaikan kredit macet dan kegagalan pembayaran oleh debitur.

Pasalnya, Abimanyu mengatakan, terdapat beberapa tantangan yang masih berpotensi menekan pertumbuhan kredit. Diantaranya yaitu pertumbuhan ekonomi yang melambat secara global dan dunia, melemahnya konsumsi, serta menurunnya investasi asing di dalam negeri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement