Selasa 27 Oct 2020 14:03 WIB

Kenya Mulai Pertimbangkan Buat Mata Uang Digital

Kenya Mulai Pertimbangkan Buat Mata Uang Digital

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Kenya Mulai Pertimbangkan Buat Mata Uang Digital. (FOTO: BiUP.com)
Kenya Mulai Pertimbangkan Buat Mata Uang Digital. (FOTO: BiUP.com)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Bank Sentral Kenya, atau CBK, dilaporkan telah memulai diskusi dengan bank sentral internasional untuk menjajaki kemungkinan memasuki ruang mata uang digital bank sentral.

"Kami sudah berdiskusi dengan pemain global lainnya, dalam berbagai cara, seputar pengenalan Mata Uang Digital Bank Sentral. Dorongan ini datang sebagai hasil dari menjamurnya cryptocurrency swasta dan kami sudah merasa tersisih dan perlu buat ruang kita sendiri," kata Gubernur CBK Dr. Patrick Njoroge dikutip dari Cointelegraph, Selasa (27/10/2020).

Baca Juga: Bitcoin, Mata Uang Digital yang Tahan Krisis dan Makin Populer

Dari perspektif Dr. Njoroge, bank sentral perlu mengawasi "ceruk" yang diincar oleh cryptocurrency sektor swasta. Gubernur CBK memilih pencucian uang dan pembiayaan kegiatan ilegal sebagai perhatian utama lembaga tersebut. Namun, dia tampaknya kurang yakin bahwa tren global mengarah pada masyarakat yang benar-benar tidak memiliki uang tunai yang mencirikan perkembangan sebagai lingkungan yang cenderung "kurang uang tunai".

Referensi eksplisit Dr. Njoroge untuk penelitian global yang sedang berlangsung tentang bagaimana CBDC dapat tersedia untuk masyarakat umum tampaknya memosisikan mata uang digital yang dimandatkan bank sentral dalam persaingan eksplisit dengan koin yang didesentralisasi.

Gubernur CBK juga mengungkapkan pendapat yang agak meremehkan Bitcoin (BTC), mencirikannya hanya sebagai alat untuk spekulasi. Sementara dia menemukan teknologi yang mendasari koin itu mengesankan, dia berpendapat itu masih merupakan penemuan yang mencari masalah untuk dipecahkan.

Dengan perdagangan cryptocurrency yang sedang meningkat di benua Afrika, pengusaha industri lokal mempersiapkan diri-dengan optimisme yang hati-hati untuk kemungkinan penerapan regulasi yang lebih kuat. Stephany Zoo dari bursa yang berbasis di Kenya, Bitpesa, mengatakan kepada Cointelegraph pada September 2020 bahwa meskipun ada risiko intervensi tangan besi yang menghambat, integrasi yang lebih baik dengan infrastruktur keuangan tradisional juga dapat menjadi pendorong bagi ruang crypto.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement