Ahad 08 Mar 2020 13:40 WIB

PGN Dukung Gas Murah untuk Pembangkit PLN

Jika pemerintah mengetok palu besaran harga untuk pembangkit maka PGN akan ikuti.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) siap menjalankan mandat dari Pertamina untuk melaksanakan gasifikasi 52 Pembangkit Listrik PLN dalam rangka mendukung kelistrikan nasional.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) siap menjalankan mandat dari Pertamina untuk melaksanakan gasifikasi 52 Pembangkit Listrik PLN dalam rangka mendukung kelistrikan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Syahrial Mukthar menjelaskan saat ini memang harga gas sangat bervariasi. Perbedaan harga gas ini khususnya untuk pembangkit PLN juga melihat letak pembangkit dan berdasarkan region.

"Yang pembangkit yang 52 titik itu harganya bervariasi untuk setiap titik," ujar Syahrial, Jumat (6/3) lalu.

Baca Juga

Syahrial menjelaskan memang untuk harga gas 6 dolar per bbtu saat ini merupakan harga gas di hulu migas. Namun untuk bisa menentukan harga sampai kepada pembangkit ada komponen hitungan harga yang saat ini masih di bahas oleh pemerintah dan PGN.

Namun, Syahrial mengaku perusahaan sebenarnya mengikuti saja apa yang menjadi ketetapan pemerintah. Ia memastikan apabila pemerintah sudah mengetok palu besaran harga untuk pembangkit maka PGN akan mengikutinya.

 

"Kalau pembangkit itu kita bicara harga di pembangkitnya. nah kalau sourcingnya harga dari pemerintah memberikan harga khusus ya itu nanti akan diberikan untuk industri yang ada di perpres 40, termasuk pln ada," ujar Syahrial.

Namun, jika PGN berhitung, Syahrial menjelaskan saat ini sebenernya PGN memerlukan capex yang besar untuk bisa merealisasikan konversi pembangkit ini. Sebab, untuk bisa memfasilitasi pembangkit PLN menggunakan gas, maka PGN perlu mengeluarkan investasi untuk membangun fasilitas gas.

"Ini kita lagi bicara membangun infrastruktur untuk infra lng, supaya gasnya bisa dipakai pembangkit pln. karena kan dia ada didaerah yang tersebar di beberapa pulau dan itu gak bisa pakai pipa. Nah infrastruktur itu butuh capex. Capex itu yang kemudian merefleksikan keekonomian dan biaya-biaya atau harga gas yang disuplai ke PLN," ujar Syahrial.

Perusahaan selama dua tahun mendatang perlu menggelontorkan dana sebesar 1,3 miliar dolar atau Rp 25 triliun untuk investasi infrastruktur gas di sekitar pembangkit Perusahaan Listrik Negara (PLN). Langkah ini sejalan dengan program konversi pembangkit diesel ke gas yang dilakukan oleh PLN.

"Kami akan membangun mini regasifikasi di lima titik tersebut. Untuk sementara pasokan gas akan kami bawa dari Arun dan Bontang. Kami akan menggunakan kapal dan membawa gas cair ke sana," ujar Syahrial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement