Senin 29 Nov 2021 09:38 WIB

Harga Minyak Kurangi Kerugian, Fokus Penyebaran Omicron

Akhir pekan kemarin, harga minyak jatuh bersama dengan pasar keuangan lain.

Harga minyak naik pada awal perdagangan sesi Asia pada Senin (29/11) pagi, menutup beberapa kerugian setelah jatuh sekitar 10 dolar AS per barel pada Jumat (26/11).
Foto: AP Photo/Charlie Riedel
Harga minyak naik pada awal perdagangan sesi Asia pada Senin (29/11) pagi, menutup beberapa kerugian setelah jatuh sekitar 10 dolar AS per barel pada Jumat (26/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Harga minyak naik pada awal perdagangan sesi Asia pada Senin (29/11) pagi, menutup beberapa kerugian setelah jatuh sekitar 10 dolar AS per barel pada Jumat (26/11). Investor tengah mencari harga murah tetapi tetap berhati-hati dengan fokus pada varian virus corona Omicron dan negosiasi kesepakatan nuklir Iran.

Minyak mentah berjangka Brent melonjak 3,05 dolar AS atau 4,2 persen, menjadi diperdagangkan di 75,77 dolar AS per barel pada pukul 00.14 GMT, setelah jatuh 9,50 dolar AS per barel pada Jumat. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 3,27 dolar AS atau 4,8 persen, menjadi diperdagangkan di 71,42 dolar AS per barel, setelah anjlok 10,24 dolar AS per barel di sesi akhir pekan lalu.

Baca Juga

Harga minyak jatuh bersama dengan pasar keuangan lainnya pada Jumat lebih dari 10 persen. Ini merupakan penurunan satu hari terbesar sejak April 2020, karena varian baru menakuti investor dan menambah kekhawatiran bahwa surplus pasokan dapat membengkak pada kuartal pertama.

"Ada koreksi pembelian di tengah pandangan bahwa pasar minyak telah oversold minggu lalu dan spekulasi bahwa OPEC Plus dapat mengambil tindakan terhadap Omicron, berpotensi memangkas produksi," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum riset di Nissan Securities.

"Semua mata akan tertuju pada bagaimana Omicron akan mempengaruhi ekonomi global dan permintaan bahan bakar, tindakan OPEC Plus dan pembicaraan nuklir Iran minggu ini," katanya menambahkan.

Varian virus corona Omicron menyebar ke seluruh dunia pada Ahad (28/11), dengan kasus baru ditemukan di Belanda, Denmark dan Australia bahkan ketika lebih banyak negara memberlakukan pembatasan perjalanan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan belum jelas apakah Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, lebih menular atau berbahaya daripada varian lainnya.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC Plus) telah menunda pertemuan teknis hingga akhir pekan ini, memberi diri mereka lebih banyak waktu untuk menilai dampak varian Omicron pada permintaan dan harga minyak, menurut sumber. OPEC Plus akan bertemu pada Kamis (2/12) alih-alih pada Selasa (30/11), ketika keputusan kebijakan kemungkinan akan diumumkan apakah akan menyesuaikan rencananya untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari pada Januari dan seterusnya.

OPEC Plus telah melepaskan 400.000 barel per hari minyak per bulan sambil mengurangi rekor pemotongannya dari tahun lalu. Beberapa analis menyatakan kelompok itu dapat menghentikan kenaikan setelah rilis stok oleh negara-negara konsumen minyak utama dan kemungkinan dampak permintaan dari penguncian baru untuk menahan varian baru.

Baca juga : Ini Cerita Dokter yang Pertama Kali Rawat Pasien Omicron

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement