Ahad 30 Aug 2020 09:31 WIB

Kosta Rika Ajukan Pinjaman 1,75 Miliar Dolar AS ke IMF

Paket bantuan keuangan untuk mengimbangi pukulan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah Kosta Rika meminta bantuan keuangan sebesar 1,75 miliar dolar AS kepada Dana Moneter Internasional atau IMF selama tiga tahun.
Foto: Flickr
Pemerintah Kosta Rika meminta bantuan keuangan sebesar 1,75 miliar dolar AS kepada Dana Moneter Internasional atau IMF selama tiga tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN JOSE -- Pemerintah Kosta Rika meminta bantuan keuangan sebesar 1,75 miliar dolar AS kepada Dana Moneter Internasional atau IMF selama tiga tahun. Hal ini disebabkan oleh terguncangnya ekonomi negara Amerika Tengah akibat pandemi virus corona.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Ahad (30/8) Presiden Kosta Rika Carlos Alvarado mengatakan pemerintahannya akan memulai negosiasi dengan IMF untuk mengakses paket bantuan keuangan. Langkah ini untuk membantu mengimbangi pukulan ekonomi akibat Covid-19. 

Baca Juga

Dalam sebuah surat tertanggal 29 Agustus dan ditujukan kepada Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, presiden bank sentral Kosta Rika Rodrigo Cubero dan menteri keuangan Elian Villegas meminta bantuan keuangan dalam bentuk pengaturan tiga tahun di bawah fasilitas perpanjangan dana atau setara dengan 1,75 miliar dolar AS.

“Terlepas dari upaya kebijakan proaktif kami, dampak gabungan dari guncangan global dan langkah-langkah penahanan domestik pada neraca pembayaran dan akun fiskal negara kami terbukti jauh lebih tajam dan berlarut-larut dari yang diharapkan, di tengah kebangkitan kembali kasus Covid-19 dan kontraksi yang lebih dalam dari awalnya,” kutipan surat tersebut.

Bantuan keuangan bertujuan untuk mengimbangi pendapatan pemerintah yang berkurang karena defisit fiskal 2020. Defisit tersebut tampaknya akan melebihi sembilan persen dari produk domestik bruto dan utang bank sentral terlihat mencapai hampir 70 persen dari PDB.

Bank sentral memperkirakan ekonomi Kosta Rika akan berkontraksi sebesar lima persen pada 2020, dengan hanya pemulihan bertahap dalam jangka menengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement