Kamis 13 Aug 2020 11:19 WIB

The Fed: Pemulihan Berjalan Lambat Sampai Vaksin Ditemukan

Pertumbuhan lapangan kerja juga sangat lambat pada bulan lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Pencari kerja keluar dari Departemen Ketenagakerjaan di New York, Amerika Serikat. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat diprediksi akan berjalan lambat sampai virus corona (Covid-19) terkendali.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Pencari kerja keluar dari Departemen Ketenagakerjaan di New York, Amerika Serikat. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat diprediksi akan berjalan lambat sampai virus corona (Covid-19) terkendali.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tiga pembuat kebijakan Federal Reserve (The Fed) menyebutkan, pemulihan ekonomi Amerika Serikat akan berjalan lambat sampai virus corona (Covid-19) terkendali. Selain itu, masyarakat Amerika harus menjalani kehidupan bersama dengan virus, setidaknya sampai beberapa bulan ke depan.

Setelah rebound kuat pada Mei dan Juni, aktivitas ekonomi Amerika mulai melemah pada Juli. Seperti dilansir Reuters, Rabu (12/8), penyebaran infeksi gelombang kedua menyebabkan kebijakan restriksi kembali diberlakukan di beberapa negara bagian yang menyebabkan kegiatan belanja melambat.

Dalam diskusi virtual yang dilaksanakan oleh Kamar Dagang South Shore di Massachusetts, Presiden Fed Boston Eric Rosengren mengatakan, belanja konsumen mungkin akan tetap lemah. Sebab, orang-orang menghindari aktivitas yang membutuhkan interaksi sosial tingkat tinggi dengan alasan kesehatan.

Pertumbuhan lapangan kerja juga sangat lambat pada bulan lalu. Berakhirnya tunjangan pengangguran telah meningkatkan kekhawatiran bahwa pengangguran Amerika dapat semakin tertekan dan semakin sulit membayar sewa maupun biaya lain.

Sementara itu, Presiden Fed San Fransisco Mary Daly memperingatkan tentang dampak berakhirnya tunjangan pengangguran tambahan sebesar 600 dolar AS. Pemberhentian program akan menurunkan permintaan dan belanja konsumen mengingat banyak di antara pengangguran Amerika bergantung banyak pada tunjangan tersebut.

"Kami memiliki bukti yang menunjukkan, mereka menghabiskan sumber daya tersebut (tunjangan pengangguran) untuk membayar sewa atau membeli makanan atau barang konsumsi lain," ujar Daly dalam diskusi virtual dengan Economic Club of Las Vegas.

Baik Rosengren dan Presiden Fed Dallas Robert Kaplan memperingatkan, orang Amerika perlu menemukan cara untuk beradaptasi dengan risiko virus. Setidaknya, sampai vaksin tersedia untuk umum.

Kaplan, dalam acara webcast dengan Kamar Dagang Lubbock di Texas, mengatakan, orang Amerika perlu belajar untuk 'hidup dengan' virus. Mereka juga harus memberlakukan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, sehingga ekonomi dapat tetap berjalan.

Daly memperkirakan, pemulihan ekonomi akan berjalan dengan lambat dan bertahap, tergantung penyelesaian penyebaran virus. Ia tidak memperkirakan adanya pemulihan berbentuk V (V-shape).

Rosengren menjelaskan, Amerika telah melakukan pekerjaan yang buruk dalam menahan penyebaran virus apabila dibandingkan negara lain di Eropa. Kesalahan itu yang mempengaruhi lambatnya proses pemulihan ekonomi.

Rosengren menekankan, lamanya kebijakan pembatasan aktivitas ekonomi dan sosial menjadi kunci. Negara bagian yang mencabut pembatasan terlalu cepat, peningkatan aktivitas ekonominya hanya berumur pendek.

Sebaliknya, negara bagian yang memberlakukan kebijakan pembatasan lebih lama dan diterapkan lebih awal, kini sudah mendapatkan manfaat lebih. Ekonomi mereka lebih kuat yang diiringi dengan penanganan kesehatan yang tetap efektif.

Rosengren menjelaskan, upaya tidak konsisten yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengendalikan virus akan menempatkan masyarakat pada risiko penyakit parah dan berpotensi meningkatkan kematian. "Juga cenderung memperpanjang kemerosotan ekonomi," katanya.

Kaplan memperkirakan, tingkat pengangguran Amerika tetap tinggi pada sembilan persen sampai akhir tahun. Tapi, tingkat tersebut bisa lebih rendah apabila konsumen dan dunia usaha mengambil langkah signifikan dalam menahan laju penyebaran virus. Pada Juli, tingkat pengangguran sebesar 10,2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement