Senin 01 Aug 2022 09:05 WIB

Sejumlah Tokoh Islam Deklarasikan Inisiatif Ekonomi Masjid

Masjid sebagai titik pertemuan umat, memiliki potensi memajukan dan mempersatukan

Tokoh-tokoh Islam dari berbagai latar belakang berkumpul di Musyawarah Nasional (Munas) Inisiatif Emas (i-EMAS), yang dilaksanakan masih dalam suasana Tahun Baru Islam, Ahad (31/7/2022) siang di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.
Foto: Dok istimewa
Tokoh-tokoh Islam dari berbagai latar belakang berkumpul di Musyawarah Nasional (Munas) Inisiatif Emas (i-EMAS), yang dilaksanakan masih dalam suasana Tahun Baru Islam, Ahad (31/7/2022) siang di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh-tokoh Islam dari berbagai latar belakang berkumpul di Musyawarah Nasional (Munas) Inisiatif Emas (i-EMAS), yang dilaksanakan masih dalam suasana Tahun Baru Islam, Ahad (31/7/2022) siang di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.

Pertemuan ini juga mendeklarasikan lahirnya i-EMAS atau Inisiatif EMAS. Deklarasi Inisiatif EMAS berangkat dari dorongan organisasi dan komunitas yang peduli pemberdayaan umat dan melihat masjid maupun rumah ibadah berperan strategis untuk pembangunan ekonomi.

Baca Juga

 

Munas EMAS yang pertama ini diisi pula dengan talkshow yang mengangkat tema besar “Ekonomi Masjid untuk Indonesia Maju”. Para pembicara adalah para tokoh Islam, pemerhati ekonomi syariah, dan para penggerak inisiatif masjid. Mereka adalah Prof. Nasaruddin Umar, Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A., Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie, S.H. M.H., drg. M. Arief Rosyid Hasan M.KM,  Bob Tyasika Ananta, Assoc. Prof. Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc, CFP, IFP, dr. M. Atras Mafazi, M.M, H. Daud Poliraja, Tito Maulana, M. Rifki Farabi, Sutan Emir. Munas Inisiatif EMAS juga diramaikan influencers muda, yakni Taqy Malik dan Syakir Daulay.

 

 

M Zainul Majdi atau yang lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang pada sambutan pembukaan menyatakan, bahwa masyarakat kita membutuhkan ruang publik, yang bukan hanya berbentuk taman. Sudah saatnya memperluas ruang publik termasuk masjid-masjid, dengan konteks, di masjid terjadi pertemuan generasi tua-muda, dan pertemuan potensi.

 

“Indonesia merupakan negara dengan umat Islam terbesar, masjid dan mushola terbanyak, hingga 800 ribu tempat, kelas menengah Indonesia juga pertumbuhanya tertinggi. Dari semua hal ini, pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita menjahit semua karunia Allah SWT ini. Anak-anak muda memutuskan menjahit semua itu, berawal dari masjid. Dari masjid, ada hal-hal yang menjadi kontribusi konkret untuk Indonesia. Ternyata memang benar. Dari pertemuan-pertemuan sebelum Munas ini, banyak pemikiran-pemikiran hebat dan inisiatif dari masjid-masjid di Indonesia,” ungkap mantan Gubernur NTB ini, dalam siaran persnya.

 

Sementara, Guru Besar Hukum Tata Negara yang juga Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menyatakan, kalau ditelusuri dari sejarah, tidak ada peradaban yang berkembang jika tidak ditopang dakwah ekonomi. "Kita bisa saja membuat Dewan Ekonomi Masjid atau Inisiatif Ekonomi Masjid ini. Saudara-saudara yang muda, ambillah estafet tanggung jawab. Semoga Islam di Indonesia optimistis, sebagaimana optimistisnya Islam di dunia. Masjid adalah kuncinya,” ujarnya

 

Masjid sebagai titik pertemuan umat, juga memiliki potensi memajukan bangsa dan mempersatukan. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasaruddin Umar menyatakan, “Seperlima umat Islam ada di Asia Tenggara. Kita akan membuktikan, kiblat peradaban Islam pindah dari Timur Tengah pindah ke Asia Tenggara ini. Kita semua di dalam masjid tidak ada warga negara, semuanya sama. Kita semua warganya sama. Jangan ada pengkotak-kotakan. Di dalam masjid, kita jangan mengulangi apa yang membuat kita terpecah. Mari kita wujudkan persatuan Indonesia yang sejati. Selain itu, mindset kita sebagai umat harus berubah dari Umat Membangun Masjid menjadi Masjid Memberdayakan Umat.”

 

Sebelum Munas ini, Inisiatif Emas juga membentuk Kelompok Kerja (Pokja) yang terdiri dari akademisi, profesional, hingga pemimpin komunitas dari lintas sektor untuk berdiskusi dan membahas lebih dalam mengenai empat poin utama, yaitu digital, health, finance, dan sustainability yang dikemas dalam konsep Focus Group Discussion.

 

“Kami mengajak seluruh elemen mulai dari organisasi keagamaan, komunitas, remaja masjid dan masih banyak lagi untuk membahas empat isu penting yang diangkat dalam MUNAS EMAS ini. Pertama ada isu di bidang kesehatan, kemudian bidang sustainability, ada bidang digital termasuk ekonomi digital di dalamnya, dan yang terakhir bidang finance. Nantinya dalam 4 pokja ini akan menghasilkan sebuah action plan yang harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh para peserta FGD maupun entitas dari lintas latar belakang,” papar Arief Rosyid Hasan, Chairman Inisiatif EMAS, yang juga bertindak sebagai moderator dalam diskusi ini.

 

MUNAS EMAS sebagai sarana bertemunya gagasan dan FGD yang menghasilkan action plan yang konkrit diharapkan dapat menjadi lokomotif pergerakan serta pilot project ekonomi berbasis masjid. Telah ada puluhan mungkin ratusan contoh Inisiatif Ekonomi Masjid dari seluruh Indonesia. Tujuan akhir dari Inisiatif EMAS ini adalah memperkokoh ketahanan ekonomi nasional dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement