Senin 23 May 2022 21:29 WIB

Kesamaan Dakwah dan Dunia Jurnalisme 

Dakwah dan dunia jurnalisme memiliki kesamaan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Pemred Republika Irfan Junaidi.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pemred Republika Irfan Junaidi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Redaksi (Pemred) Republika, Irfan Junaidi, menyampaikan bahwa dakwah dan dunia jurnalisme memiliki kesamaan. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Ke-48 bertema "Dakwah Muhammadiyah di Tengah Populisme dan Evangelisme."

Irfan mengatakan, aktivitas dakwah dengan yang dikerjakan oleh insan pers banyak sekali kemiripan. Dakwah yang dimaksud adalah dakwah bil lisan, karena ada dakwah bil lisan dan bil hal.

Baca Juga

"Antara dakwah bil lisan dengan dunia jurnalisme ada kesamaan, misalkan dalam pers kita mengenal ada empat fungsi pers, yaitu untuk menginformasikan, membujuk atau merayu atau mempengaruhi, mendidik, menghibur, kami melihat dalam dunia dakwah bil lisan ada fungsi-fungsi itu," kata Irfan dalam Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Ke-48, Senin (23/5/2022).

Ia mengatakan, memang kadang-kadang ada dai melupakan empat fungsi pers, sehingga orang yang mendengarkan dakwah yang seharusnya terhibur malah menjadi marah dan sedih. Seperti fungsi pers, dakwah memiliki fungsi untuk mengedukasi dan mempengaruhi. Namun, kadang-kadang ada dai yang kepeleset sedikit menjadi memprovokasi, bukan mengedukasi dan mempengaruhi.

 

Irfan mengingatkan, kesalahan-kesalahan dalam berdakwah yang seperti itu mungkin menjadi catatan dan tantangan bersama. "Tapi keempat fungsi tadi yang saya rasakan di dunia pers, mudah-mudahan itu bisa diterapkan dalam sehari-hari dalam kita menjalankan dakwah bil lisan," ujarnya.

Pemred Republika ini mengingatkan, satu hal yang harus bersama-sama dipikirkan, hari ini masyarakat, publik dan umat dihadapkan pada situasi yang sedang terbanjiri informasi yang luar bisa. Ada yang menyebut tsunami informasi yang luar biasa.

Maka tidak heran ketika pandemi Covid-19 sedang berlangsung, muncul istilah infodemik yakni pandemi yang terjadi pada dunia informasi. Di tengah era yang seperti ini, penting sekali berpijak di satu pijakan yakni setiap informasi dan konten dakwah itu adalah sesuatu yang dipastikan benar.

Menurut Irfan, di era sekarang, selain masalah bercampurnya informasi yang benar dan salah, ada juga masalah etika. Sehingga orang mau bicara apa saja merasa bebas. Mereka mau mencaci-maki orang, menguliti personaliti orang, dan menyebar fitnah sepertinya bebas-bebas saja. Perilaku seperti ini seperti sudah dilazimkan.

"Karena orang merasa ruang informasi sudah terbuka, sudah bisa masuk ke siapa saja, sehingga batasan etika sering kali dilupakan termasuk di dunia pers, seperti mengumbar aurat, menyampaikan gambar kekerasan," jelas Irfan.

Ia menyampaikan, untuk itu para aktivis dakwah mesti kembali lagi kepada khitahnya untuk berpegang teguh pada etika. Kalau lepas dari etika, yang terjadi bukan dakwah rahmatan lil alamin, tapi dakwah yang mengajak orang berantem.

"Padahal rahmatan lil alamin sebuah konsep yang sangat cantik, yang saya rasa semua orang dan makhluk akan menerimanya, karena rahmatan lil alamin adalah rahmat bagi seluruh alam, di situ disebutkan bukan hanya buat manusia yang satu agama tapi berbeda agama, untuk seluruh alam, ada manusia, lingkungan, udara, air dan seterusnya itu dakwah kita memberikan rahmat," ujarnya.

Ia mengatakan, kalau ada orang dakwah mengajak merusak lingkungan, itu tidak sesuai dengan prinsip rahmatan lil alamin.

Irfan juga mengingatkan, dalam menyampaikan informasi, jangan cepat-cepatan tapi tepat-tepatan. Dalam berdakwah pun demikian. Kalau ada yang butuh rujukan, dunia pres punya infrastruktur dan tata kerja yang memungkinkan untuk bisa menyampaikan berita yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena informasi yang dikeluarkan media massa beda dengan media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement