Selasa 02 Nov 2021 22:45 WIB

Romo Magnis Ungkap Enggan Gunakan Syalom, Ini Alasannya

Romo Magnis apresiasi dukungan umat Islam Indonesia untuk Palestina

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Romo Franz Magnis Suseno, apresiasi dukungan umat Islam Indonesia untuk Palestina
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Romo Franz Magnis Suseno, apresiasi dukungan umat Islam Indonesia untuk Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Romo Frans Magnis Suseno, menyampaikan, lebih suka kalau Islam Indonesia yang moderat membicarakan persoalan yang dihadapi Palestina dengan berani. 

Hal itu disampaikannya kepada Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, dr Sarbini Abdul Murad saat bertemu dengannya untuk membahas konflik Palestina dan Israel pada Jumat lalu. 

Baca Juga

Pertemuan Sarbini dan Romo Magnis dalam rangka safari kemanusiaan MER-C dengan tokoh-tokoh lintas agama untuk Palestina. Romo Magnis memberikan pandangannya terkait konflik Palestina dan Israel. 

Romo Magnis mengatakan, meskipun persoalan Palestina bukan masalah bagi umat Islam saja. Tapi pada kenyataan peran umat Islam sangat penting bagi Palestina. 

"Saya lebih suka kalau Islam mainstream Indonesia yang moderat, yang pro NKRI membicarakan itu (persoalan Palestina) secara berani, satu-satunya yang dulu berani itu Gus Dur," kata Romo Magnis dalam siaran pers resmi dari MER-C kepada Republika.co.id, Selasa (2/11). 

Menurutnya, situasi konflik Palestina dan Israel diperparah dengan menipisnya dukungan kalangan Arab Islam terhadap Palestina. Beberapa tahun terakhir, beberapa negara Arab sudah membangun hubungan diplomatik dengan Israel dan membuat situasinya lebih mantap bagi Israel. 

Dia mengatakan, Israel mengira sekarang anginnya sedang pro kepada mereka. Amerika Serikat (AS) juga selalu mendukung Israel. Eropa tidak begitu mendukung Israel. Sementara, negara-negara Timur Tengah diam-diam mendukung Israel. 

"Indonesia tentu tidak mau mendukung Israel, karena manfaatnya sangat sedikit, dan (sama saja) memberi senjata bagi golongan Islam terutama yang keras untuk bereaksi," ujarnya. 

Menyinggung tentang Amerika Serikat dan Yerusalem, Romo Magnis mengatakan, tidak setuju terhadap langkah yang diambil Amerika Serikat. Romo Magnis menegaskan, tidak mendukung posisi Amerika Serikat terhadap Israel karena Amerika Serikat sudah mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel.

"Menurut saya itu tidak tepat, juga yang dilakukan Israel di Yerusalem belum lama ini sekitar setengah tahun yang lalu, sehingga menyebabkan terjadinya kerusuhan. Kerusuhan itu muncul sebetulnya karena Israel mau mengosongkan beberapa rumah di suatu daerah tertentu dengan alasan dulu orang Yahudi tinggal disitu sebelum 1947, dan Yerusalem sudah termasuk Israel sehingga mereka boleh kembali," ujarnya. 

Romo Magnis mengatakan, dirinya mendukung posisi Vatikan mengenai Yerusalem untuk diinternalisasikan di bawah PBB. Sebab Yerusalem merupakan kota suci tiga agama.

Menyinggung tentang bantuan Rumah Sakit Indonesia (RSI) yang sudah dibangun rakyat Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. Romo Magnis menyatakan dukungannya terhadap program RS Indonesia, menurutnya ini sebuah langkah yang berani. 

“Saya tentu dukung, itu juga langkah berani karena situasi di sana memang tidak aman, selalu bisa ada perang dan kena tembak Israel. Saya sangat kagum, mereka pasti membutuhkan (RSI) itu," jelasnya.

Di akhir pertemuan, Romo Magnis juga menyampaikan bahwa dia tidak akan memakai kata syalom sebelum Palestina merdeka. Kata syalom menurutnya dipakai Protestan pro Israel sejak permulaan tahun 90-an. Mereka memakai itu sebagai eksplisit dukungan kepada Israel. 

"Dan saya selalu bilang bahwa saya akan memakainya kalau Palestina sudah merdeka, maka baru saya akan pakai kata syalom," kata Romo Magnis.   

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement