Selasa 23 Jun 2020 20:14 WIB

Sekolah Islam Swasta dan Cara Bertahan Hadapi Covid-19

Sekolah Islam memutar otak untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Sekolah Islam memutar otak untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19. Anak-anak sedang belajar (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Sekolah Islam memutar otak untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19. Anak-anak sedang belajar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL – Dampak pandemi Covid-19 dirasakan sekolah-sekolah Islam swasta. Dengan dana terbatas, sekolah-sekolah Islam swasta berupaya menghadapi berbagai tantangan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di tengah masa kenormalan baru.  

 

Baca Juga

Seperti yang dihadapi SMK Maarif Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. SMK swasta yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta itu juga menghadapi sederet persoalan selama masa pandemi Covid-19.  

 

Menurut Kepala Sekolah SMK Maarif, Suharmuji, belakangan ini terdapat sejumlah wali murid yang mengeluhkan kondisi ekonominya yang tidak stabil akibat terdampak pandemi Covid-19. Hal itu pun berimbas pada siswa yang tak dapat membayar sumbangan pembangunan pendidikan (SPP).  

 

"Ada yang mengeluh misalnya pedagang, jualannya itu terkendala, ngga ada pendapatannya, akhirnya (anaknya) ngga bisa bayar SPP. Apalagi yang kerja serabutan," kata Suharmuji kepada Republika,co.id. 

 

Namun demikian, Suharmuji menjelaskan SMK Maarif Wonosari berupaya untuk tetap menyemangati siswa agar tetap mengikuti kegaitan belajar mengajar. Dengan masih menerapkan pembelajaran jarak jauh atau belajar daring, SMK Maarif pun memberikan dana untuk pembelian paket data internet bagi siswa sehingga bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar maupun ujian. Seperti pada pelaksanaan ujian semester, per siswa memperoleh dana paket data internet dari mulai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu.  

 

"Ada kendala lain lagi dengan anak yang ngga punya HP. Otomatis dia kerjasama dengan anak lain yang punya HP. Sekolah tak mampu untuk mengadakan, membeli HP, nanti yang lain iri. Kalau paket data bisa dikasih kebijakan," katanya. 

 

Sementara itu, menurut Suharmuji penerapan belajar langsung rencananya akan dimulai Juli mendatang.  Sekolah pun sudah mempersiapkan berbagai hal yang dibutuhkan untuk menjalankan protokol kesehatan mulai dari pengadaan alat pengecekan, disinfektan hingga hand sanitizer. 

 

Menurut Suharmuji untuk mensiasati kebutuhan pembelajaran siswa selama masa pandemi Covid-19, sebagaimana aturan dari Kementerian Pendidikan maka sekolah pun memanfaatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).  

 

"Jadi selain SPP itu kan kita ada BOS, bisa digunakan untuk talangan semuanya. Seperti perlengkapan paket data tadi itu juga bisa pakai BOS. Untuk perlengkapan siswa seperti buku itu kan ada KIP dan Kartu cerdas. Kalau guru kan ada BOSDA dan BOSNAS,” ujar dia.  

 

Begitu pun dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu Cendikia, Klaten, Jawa Tengah. Kasus pandemi Covid-19 yang masih terjadi membuat sekolah masih memberlakukan sistem belajar daring.  

 

Kepala Sekolah SD IT Cendikia Klaten, Sholaekhah Ambar Utami menjelaskan berdasarkan kebijakan pemerintah pusat tentang penggunaan dana BOS dalam masa pandemi covid-19, sekolah pun menggunakan dana BOS untuk pengadaan peralatan protokol kesehatan serta paket data bagi siswa agar dapat mengikuti belajar daring.  

 

"Sesuai arahan, pendanaanya diambil dari BOS untuk persiapan new normal. Termasuk diperbolehkan untuk pembelian pulsa siswa. Tetapi Alhamdulillah untuk SPP, wali murid tidak ada kendala sejauh ini," katanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement