Jumat 22 May 2020 18:58 WIB

Tim Falakiyah Kemenag Tak Temukan Hilal Awal Syawal 1441 H

Hilal akan tampak jika jarak sudut bulan – matahari lebih besar dari 7 derajat.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Menteri Agama Fachrul Razi (tengah) mendengarkan pemaparan saat sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1441 Hijriyah atau jatuhnya Hari Raya Idul Fitri 2020. Sidang isbat itu dilaksanakan di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).
Foto: Kemenag
Menteri Agama Fachrul Razi (tengah) mendengarkan pemaparan saat sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1441 Hijriyah atau jatuhnya Hari Raya Idul Fitri 2020. Sidang isbat itu dilaksanakan di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA  -- Pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama, Cecep Nurwendaya, menegaskan tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1441H bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia, Jumat (22/05) ini.

Hal ini disampaikan Cecep saat memaparkan data posisi hilal menjelang awal bulan Syawal 1441H/2020M pada Sidang Isbat Awal Syawal 1441H, di Jakarta. Kementerian Agama melalui Tim Falakiyah telah melakukan pengamatan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia. 

"Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,29 sampai dengan minus 3,96 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” ujar Cecep dalam keterangan yang didapat Republika, Jumat (22/5). 

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Sidang Isbat Awal Syawal 1441H hanya dihadiri secara fisik oleh Menteri Agama Fachrul Razi, Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Komisi VIII Yandri Susanto, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, dan Direktur Jenderal Bimas Islam Kamaruddin Amin. 

Sementara para pimpinan ormas, pakar astronomi, Badan Peradilan Agama, serta para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama lainnya mengikuti jalannya sidang isbat melalui media konferensi video.

Menurut Cecep, penetapan awal bulan Hijriyah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam. Untuk saat ini, pemerintah sedang melakukan proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya.

“Secara hisab, awal Syawal 1441H jatuh pada hari Minggu. Ini sifatnya informastif, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat,” lanjutnya.

Rukyat adalah observasi astronomis dan harus memiliki referensi. Cecep mengatakan, jika ada referensinya maka hasil tersebut bisa diterima, namun jika tidak berarti ada, berarti tidak bisa dipakai.

Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal 1441H atau pada 29 Ramadan 1441H yang bertepatan dengan 22 Mei 2020, di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 4,00 derajat; jarak busur bulan dari matahari: 5,36 derajat; umur hilal minus 6 jam 55 menit 23 detik.

Sementara itu, dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal tinggi hilal dua derajat, elongasi minimal 3 derajat, dan umur bulan minimal delapan jam setelah terjadi ijtima'. Hal ini sudah menjadi kesepakatan MABIMS.

Sehubungan itu, karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

“Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apapun bahwa hilal Syawal 1441 H pada Jumat ini teramati di seluruh Indonesia,” ucap Cecep. Selain itu, tidak ada pula referensi empirik visibilitas hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

Cecep melanjutkan, Limit Danjon menyebutkan bahwa hilal akan tampak jika jarak sudut bulan – matahari lebih besar dari 7 derajat. Konferensi penyatuan awal bulan Hijriyah International di Istambul tahun 1978 mengatakan, awal bulan dimulai jika jarak busur antara bulan dan matahari lebih besar dari 8 derajat dan tinggi bulan dari ufuk pada saat matahari tenggelam lebih besar dari 5 derajat.

Sementara rekor pengamatan bulan sabit dalam catatan astronomi modern adalah hilal awal Ramadan 1427H di mana umur hilal 13 jam 15 menit dan berhasil dipotret dengan teleskop dan kamera CCD di Jerman.

Bahkan, dalam catatan astronomi modern, jarak hilal terdekat yang pernah terlihat adalah sekitar 8 derajat dengan umur hilal 13 jam 28 menit. Hilal ini berhasil diamati oleh Robert Victor di Amerika Serikat pada 5 Mei 1989 dengan menggunakan alat bantu binokulair atau teropong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement