Jumat 09 Dec 2022 06:30 WIB

Gaza Gelar Lomba Maraton untuk Peringati Hari Penyandang Disabilitas Internasional

Maraton ini diselenggarakan oleh Asosiasi Rehabilitasi.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
 Orang-orang Palestina yang diamputasi mengikuti lomba memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional di kamp pengungsi Nuseirat, di Jalur Gaza tengah, Kamis, 8 Desember 2022.
Foto: AP/Fatima Shbair
Orang-orang Palestina yang diamputasi mengikuti lomba memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional di kamp pengungsi Nuseirat, di Jalur Gaza tengah, Kamis, 8 Desember 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA–Daerah kantong pantai yang terkepung, Palestina mengadakan lari maraton disabilitas pada Kamis (8/12/2022). Perlombaan ini digelar untuk orang-orang dengan disabilitas demi memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional.

Maraton ini diselenggarakan oleh Asosiasi Rehabilitasi dan Pelatihan Sosial yang berbasis di Gaza dan melibatkan sekitar 30 peserta, dari usia 15 hingga 50 tahun. Para peserta yang menggunakan kruk medis berlomba di sepanjang jalan utama kamp pengungsi Nuseirat di tengah Jalur Gaza, dikelilingi oleh suasana yang antusias.

Baca Juga

"Maraton ini bertujuan untuk menyoroti penyebab penyandang disabilitas dan hak-hak mereka,"kata Direktur lembaga yang menyelenggarakan acara tersebut, Kamal Abu Shawish dilansir dari The New Arab, Kamis (8/12/2022).

"Kami ingin menginvestasikan hari ini dengan segala cara untuk menyoroti isu-isu penyandang disabilitas dan untuk memastikan kehadiran dan kemampuan mereka untuk berintegrasi ke dalam masyarakat," tambahnya.

Mohammed Aqil, seorang peserta yang berbasis di Gaza, yang kehilangan kaki kanannya saat serangan Israel menghantam rumahnya dalam perang tahun 2014, mengatakan bahwa ia mengikuti acara maraton untuk menyoroti hak-hak orang-orang seperti dirinya di Gaza.

“Kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak penyandang disabilitas dan mengurangi hambatan yang menghalangi mereka untuk mengakses layanan yang disediakan oleh lembaga resmi, sipil, dan swasta,” katanya.

Mansour Obeid, peserta lain yang berbasis di Gaza dengan disabilitas fisik, mengatakan kepada TNA bahwa penyandang disabilitas menderita karena kurangnya kesempatan kerja meskipun kebanyakan dari mereka memiliki sertifikasi universitas.

"Sayangnya, otoritas lokal di Gaza dan Tepi Barat memperlakukan kami sebagai orang yang hanya membutuhkan uang, padahal faktanya kami harus hidup normal seperti orang biasa lainnya," kata ayah dua anak berusia 36 tahun itu.

Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Asosiasi Rehabilitasi dan Pelatihan Sosial yang berbasis di Gaza, sebuah organisasi sipil Palestina yang peduli dengan penyandang disabilitas, diperkirakan ada 48.000 orang yang memiliki disabilitas melibatkan ekstremitas mereka yang saat ini tinggal di Jalur Gaza, mewakili sekitar 2,4 persen dari jumlah penduduk setempat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement