Jumat 30 Oct 2020 13:34 WIB

Penggalian Dinilai Upaya Penghancuran Perlahan Al Aqsa

Israel ingin menggali lokasi di bawah Masjid Al Aqsa

 Foto ilustrasi: Kubah Shakhrah (Dome of The Rock) yang berada di tengah Komples Masjid Al-Aqsa
Foto: Google.com
Foto ilustrasi: Kubah Shakhrah (Dome of The Rock) yang berada di tengah Komples Masjid Al-Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, JATINANGOR -' Penjajahan Israel dan keinginan untuk menguasai Masjid Al-Aqsa tidak hanya dilakukan di atas tanah yang dipijaki masyarakat Palestina, tapi juga sampai ke bagian bawah tanahnya. Operasi penggalian dasar kawasan Al-Aqsa ini dilakukan secara rahasia oleh pemerintah Israel, dengan tujuan untuk membangun kuil Sulaiman Ketiga (The Third Temple) yang merupakan kuil suci bagi kaum Yahudi.

Informasi ini disampaikan oleh Heba Shehab, seorang wanita asal Palestina yang juga mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Sains Islam Malaysia (USIM). Ia menceritakan bagaimana upaya zionis Israel mencoba membangun terowongan-terowongan untuk menggali dasar Al-Aqsa. Heba menjadi pembicara dalam rangkaian kegiatan ke-3 dari acara Al-Aqsa Awareness Week (AAW) pada Rabu, (28/10).

Baca Juga

“Pemerintah Israel merahasiakan proses penggalian tersebut. Terdapat terowongan-terowongan yang dapat kita lihat sekarang, tapi itu hanyalah representasi kecil dari penggalian yang dilakukan. Bisa jadi ada lebih banyak terowongan yang sudah dibuat, tetapi tidak diketahui,” ujar Heba.

Bahkan, orang yang berada di atas tempat penggalian (masyarakat Palestina) pun tidak tahu sudah seberapa banyak terowongan yang dibangun oleh Pemerintah Israel. 

“Pemerintah Israel berlaku semena-mena dan jelas melakukan perbuatan yang ilegal,” tambah Heba.

Heba juga menyampaikan, pemerintah Israel memperkerjakan para arkeolog ke terowongan penggalian di dasar Masjid Al-Aqsha dan mengatakan jika terowonan tersebut merupakan situs sejarah yang sudah ada sejak waktu yang lama. 

Namun, Heba menimpali, kabar itu merupakan suatu kebohongan. Nyatanya tidak terdapat bukti-bukti terowongan tersebut merupakan situs bersejarah.

Ia menyesali, tidak terdapat informasi-informasi mengenai penggalian ini di media-media di seluruh dunia. 

“Seharusnya, perlu ada informasi yang disampaikan kepada masyarakat dunia jika telah terjadi penggalian di dasar Masjid Al-Aqsha dan ini merupakan sebuah pelanggaran karena akan menghancurkan tempat peribadatan umat muslim,” jelas Heba.

Respon masyarakat Palestina 

Heba mengatakan, masyarakat Palestina dan yang bermukim di sekitaran Masjid Al-Aqsha menentang keras upaya penggalian yang dilakukan oleh pemerintah Israel. Mereka cemas apabila Israel terus melakukan penggalian, suatu saat bila terjadi goncangan atau gempa bumi yang besar Masjid Al-Aqsha akan runtuh. 

Salah satu upaya protes menolak penggalian dasar Masjid Al-Aqsha adalah pada 25 September 1996. Saat itu salah satu terowongan penggalian dibuka untuk umum oleh Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. 

Tindakan tersebut spontan memicu kemarahan warga Palestina. Mereka melakukan demontrasi selama 6 bulan berturu-turut hingga menewaskan 76 orang dan menyebabkan 1.600 warga Palestina terluka. 

Pada akhir pertemuan, Heba berpesan kepada para peserta yang sebagian besar milenials agar menyebarkan informasi mengenai fenomena yang terjadi di Masjid Al-Aqsha. Sebab, itulah jalan paling mudah bagi kita untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai apa yang terjadi di Masjid Al-Aqsha dan upaya Zionis Israel untuk menggalinya. 

Apalagi informasi semacam ini tidak disampaikan oleh media-media mainstream. Maka, kita harus secara aktif menyuarakan isu ini. Harapan Heba, dengan makin membesarnya suara mengenai isu penggalian Masjid Al-Aqsha ini, semakin banyak masyarakat yang akan bergerak untuk membantu Palestina dan Masjid Al-Aqsha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement