Selasa 27 Oct 2020 08:17 WIB

Karantina Picu Kejahatan Pemerasan Seksual Daring di Lebanon

Persentase korban perempuan lebih besar dari korban laki-laki.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Karantina Picu Kejahatan Pemerasan Seksual Daring di Lebanon
Foto: Piqsels
Karantina Picu Kejahatan Pemerasan Seksual Daring di Lebanon

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kejahatan pemerasan seksual berbasis daring meningkat dalam beberapa bulan terakhir di Lebanon. Peningkatan kasus ini terjadi selama karantina akibat pandemi virus corona.

Pihak berwenang mengatakan menerima 47 keluhan selama Juli dan 96 keluhan pada Agustus. Jumlah orang yang ditangkap karena kejahatan ini mencapai 133 orang.

Baca Juga

Petugas keamanan dari Divisi Humas Direktorat Jenderal Pasukan Keamanan Dalam Negeri mengatakan, korban pemerasan jenis ini berusia antara 11 hingga 60 tahun. Persentase korban perempuan lebih besar dari korban laki-laki.

"Insiden seperti itu berulang setiap hari, dan pelakunya mungkin orang Lebanon atau non-Lebanon," kata pejabat itu dilansir di Arab News, Selasa (27/10).

 

Menurutnya, kejahatan semacam itu meningkat akibat orang terlalu lama berada di rumah dan terlalu sering menggunakan ponsel dan media sosial. Sehingga korban pada mulanya berinteraksi dengan pelaku melalui media sosial.

Salah satu modusnya, pelaku akan memberikan perhatian dan cinta kepada korban. Setelah korban percaya, pelaku mulai meminta korban mengirimkan foto hingga video tidak pantas. Selanjutnya, pelaku mulai mengancam untuk mengunggah foto dan video tersebut jika tidak mengiriminya uang. 

Brigadir Fadl Daher, seorang spesialis kriminologi dan hukuman dan profesor ilmu sosial kriminal, mengatakan alasan dasar orang melakukan kejahatan jenis ini adalah motif finansial dan kemiskinan. “Motif finansial adalah dasar kejahatan terhadap uang. Kejahatan ini, dalam banyak kasus, mengarah pada pencemaran nama baik, dan menjadi lebih umum ketika pengawasan dan penuntutan dikurangi, dan pelaku yakin dia tidak akan dimintai pertanggungjawaban,” ujar Daher.

Di masa pandemi ini, karantina membuat orang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Lebih banyak dari mereka terlalu sering membuka media sosial dan satu sama lain hingga keluarganya tidak tahu aktivitas masing-masing.

Kemiskinan dan kebutuhan, kata Daher, membuat orang menggunakan segala cara untuk mendapatkan keuntungan finansial. Pemerasan melalui media sosial menjadi jalan tempuh mereka, serta penangkapan kejahatan jenis ini lebih sulit daripada kejahatan penjambretan di jalan.

"Bahaya dari kejahatan ini adalah mereka mungkin menargetkan anak-anak dan anak di bawah umur," katanya.

 

https://www.arabnews.com/node/1754626/middle-east

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement