Senin 10 Aug 2020 05:40 WIB

Pemimpin Agama-Agama Dunia Kutuk Penindasan di Uighur

Penindasan di Uighur dikutuk pemimpin-pemimpin agama dunia.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Hafil
Pemimpin Agama-Agama Dunia Kutuk Penindasan di Uighur. Foto: Patroli keamanan di Uighur (Ilustrasi)
Foto: AP Photo
Pemimpin Agama-Agama Dunia Kutuk Penindasan di Uighur. Foto: Patroli keamanan di Uighur (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para pemimpin agama dari seluruh dunia baru-baru ini bersatu dan mengecam penindasan brutal China terhadap minoritas Muslim Uighur. Pemimpin dari setidaknya 40 kelompok keagamaan tersebut menuntut China untuk menghentikan potensi genosida terhadap Uighur dan Muslim lainnya di China.

Bahkan, mengutip Daily mail, Ahad (9/8), para pemimpin agama itu menyebut, kejadian di Uighur berpotensi menjadi tragedi menakutkan sejak Holocaust. Beberapa yang cukup lantang menyuarakan keresahan Muslim Uighur selain dari pemimpin Muslim adalah Mantan Uskup Agung Canterbury Rowan Williams, Rabbi Julia Neuberger serta perwakilan Dalai Lama di Eropa.

Baca Juga

Dalam prosesnya, mereka mendukung pernyataan bersama yang mengutuk rezim komunis di Beijing mengenai penindasan pada Muslim Uighur. Terlebih, dalam pernyataan bersama itu, mereka menyatakan bahwa ada tujuan yang terlihat jelas dari otoritas China untuk memberantas identitas Uighur.

‘’Setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya di China ditahan di kamp penjara dan menglamii kelaparan, penyiksaan, pembunuhan, kekerasan seksual, kerja paksa hingga ekstraksi organ secara paksa,’’ ungkap para pemimpin itu.

 

Mereka menambahkan, di luar kamp konsentrasi, kebebasan dasar beragama Uighur juga ditolak. Selain dari masjid yang dihancurkan, memisahkan anak dari keluarganya, serta larangan shalat, puasa dan kepemilikan Alquran.

Menurut laporan, sebagian besar Muslim Uighur tinggal di provinsi Xinjiang. Menanggapi itu, Presiden garis keras China Xi Jinping langsung meningkatkan penindasan dan langkahnya dengan dalih memerangi terorisme. Upaya itu telah dijalankan pemerintahannya sejak dia mulai memimpin pucuk kekuasaan China pada 2012 lalu.

Terlepas dari bukti kuat bahwa satu juta orang Uighur telah ditahan di kamp-kamp penahanan selama beberapa tahun terakhir, pemerintah China menggambarkan klaim tersebut sebagai ungkapan tidak mendasar.

Namun demikian, dalam sebuah laporan akademis pada Juni lalu, ada klaim bahwa Beijing telah melancarkan kampanye sterilisasi paksa atau pengendalian kelahiran terhadap wanita Uighur di usia subur. Sontak, hal itu mendorong seruan agar PBB meluncurkan penyelidikan.

Tetapi, koalisi para pemimpin agama yang mengutuk tindakan pemerintah China itu, juga menuduh para pemimpin dunia telah gagal bertindak dan menyimpulkan kasus sebenarnya.

Sumber:

https://www.dailymail.co.uk/news/article-8608361/Faith-leaders-world-unite-condemn-Chinas-brutal-repression-Uighur-Muslim-minority.html

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement