Kamis 30 Jul 2020 17:25 WIB

Suasana Berbeda Muslim Inggris Sambut Idul Adha Era Covid-19

Muslim Inggris menghadapi suasana berbeda menyambut Idul Adha era Covid-19.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim Inggris menghadapi suasana berbeda menyambut Idul Adha era Covid-19. Ilustrasi bendera Inggris.
Foto: Andi Rain/EPA-EFE
Muslim Inggris menghadapi suasana berbeda menyambut Idul Adha era Covid-19. Ilustrasi bendera Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Muslim Inggris sudah tahu bagaimana rasanya merayakan hari raya keagamaan selama pandemi virus corona atau Covid-19. Sementara hari raya Idul Adha akan tiba pada 31 Juli 2020.

Sebelumnya, hari raya Idul Fitri yang menandai akhir bulan Ramadhan jatuh pada 24 Mei 2020. Idul Fitri tiba saat Inggris terkunci penuh (lockdown) dan angka kematian Covid-19 berfluktuasi antara 300 kasus sampai 500 kasus perharinya. 

Baca Juga

Ketika itu tidak ada sholat Id berjamaah. Umat Islam didorong untuk tetap di rumah oleh selebritas termasuk pemenang Great British Bake Off Nadiya Hussain dan jurnalis ITV Rageh Omaar. Pemerintah Inggris bahkan mengeluarkan iklan berbayar yang mendesak umat Islam untuk tetap berada di dalam ruangan.

Kebijakan tersebut mengarah ke tuduhan standar ganda setelah perayaan Hari Kemenangan di Eropa (VE) yang menandai berakhirnya Perang Dunia Kedua, mendorong partai jalanan yang diliput langsung oleh media nasional.

Untuk Idul Adha 2020, Muslim Inggris tidak akan berada di bawah pembatasan seketat dua bulan lalu. Namun, perayaan Idul Adha Jumat ini masih akan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.  

Ibadah haji dibatalkan bagi orang yang bukan warga Arab Saudi. Perubahan yang paling nyata untuk Idul Adha pekan ini adalah kurangnya Muslim Inggris atau Muslim yang bukan warga Arab Saudi yang melakukan ibadah haji tahunan.

Biasanya ada sekitar dua juta jamaah haji setiap tahun dari Inggris. Penyelesaiannya menandai awal dari tiga hari perayaan Idul Adha.

Bagi Mustafa Ahmed, seorang Direktur Perusahaan Perjalanan Haji yang dikelola keluarga untuk orang Inggris, pekan-pekan menjelang Idul Adha biasanya merupakan masa yang sangat sibuk. "Biasanya sekitar tahun ini, menjelang Haji, kami sedang mempersiapkan klien kami," kata Ahmed, dilansir dari Middle East Eye, Kamis (30/7).

Ahmed biasanya membawa calon jamaah haji ke kedutaan Arab Saudi untuk memilah-milah visa, membuat kartu identitas dan rencana perjalanan untuk mereka. Kemudian memberi tahu mereka apa yang harus mereka kemas, mengurus sesuatu yang berhubungan dengan hotel dan transportasi di Arab Saudi untuk memastikan semuanya beres. "Tentu saja, tidak ada kesibukan seperti itu tahun ini," ujarnya.

Sebagai gantinya, Ahmed telah menghabiskan beberapa pekan terakhir untuk mencoba mengatur pengembalian uang.

"Kami mengharapkan pengembalian uang untuk penerbangan dengan Saudi Airlines, tetapi kami juga telah memberikan banyak uang kepada hotel dan pemasok di Arab Saudi dan tidak ada banyak harapan untuk mendapatkannya kembali," katanya.

Pada Juni, otoritas Arab Saudi mengkonfirmasi bahwa jamaah haji internasional tidak akan diizinkan untuk menghadiri haji tahun ini karena pandemi. Sebaliknya, kurang dari 1.000 orang di dalam kerajaan Teluk akan melakukan ziarah.

"Pemerintah Arab Saudi melakukan hal yang benar. Namun komunikasinya buruk dan waktu ketika mereka mengatakan haji dibatalkan buruk," kata Ahmed.

"Saya mengerti bahwa haji adalah pendorong ekonomi yang besar sehingga mereka tidak dapat membatalkannya dengan sangat cepat, tetapi secara realistis, mereka pasti bisa melihatnya datang," tambahnya.

Ayah Ahmed biasanya menemani kelompok-kelompok calon jamaah haji setiap tahun untuk melakukan ibadah haji. "Ini akan menjadi tahun pertama selama saya bisa ingat bahwa ayah saya akan berada di Inggris untuk Idul Adha. Dia kesal tentang hal itu, waktu yang dia habiskan di Arab Saudi setiap tahun memberinya rasa damai," ujarnya.

Banyak Muslim Inggris lainnya menjadi bingung setelah dipaksa untuk membatalkan perjalanan ibadah haji mereka. "Saya tidak bisa dihibur ketika membaca pengumuman bahwa haji dibatalkan," kata Aksa Khan kepada Middle East Eye pada Juni lalu.

Khan menjelaskan bahwa keluarganya mungkin harus menunggu beberapa tahun untuk pergi haji lagi. Karena ini akan menjadi ibadah haji terakhir untuk beberapa waktu selama liburan sekolah musim panas di Inggris.

"Kami telah mempersiapkan momen ini secara spiritual, psikologis dan fisik dan berpikir 2020 akan menjadi tahun kami," katanya.

 

Sumber: https://www.middleeasteye.net/news/eid-al-adha-2020-coronavirus-uk-muslims-hajj-islam-qurbani-prayers 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement