Rabu 08 Jul 2020 04:50 WIB

Ertugrul: 'Game of Thrones Versi Islam' Raup Jutaan Pemirsa

Dalam dua bulan, lebih dari 58 juta orang melihat episode pertama Ertugrul.

Ertugrul: 'Game of Thrones Versi Islam' Raup Jutaan Pemirsa. Serial Ertugrul Turki laris manis di televisi Pakistan.
Foto: Dok Istimewa
Ertugrul: 'Game of Thrones Versi Islam' Raup Jutaan Pemirsa. Serial Ertugrul Turki laris manis di televisi Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Drama televisi tentang sejarah Turki, Dirilis Ertugrul (Kebangkitan Kembali Ertugrul)  sangat populer di Pakistan, terutama saat wabah Covid-19 merebak, di mana orang dibatasi untuk ke luar rumah, maka serial ini jadi pilihan jutaan pemirsa untuk duduk terpaku di depan layar kaca. Namun serial ini juga menerima banyak kritik bukan hanya karena berisi konten kekerasan, dan nasionalis, tetapi juga soal ketidakakuratan sejarah. 

Kanwal K. adalah seorang guru sekolah di kota Rawalpindi di Provinsi Punjab Pakistan. Kanwal mencoba mendedikasikan waktunya sebanyak mungkin bagi ketiga anaknya di samping bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Putranya yang berusia 14 tahun, Ali, baru-baru ini membeli pedang mainan baru dan mewariskan pistol mainan lamanya kepada adik lelakinya yang menerimanya dengan gembira.  

Baca Juga

Sementara itu, Nadia, saudara perempuan mereka yang berusia 10 tahun, mengatakan bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada permainan kekerasan, tetapi melihat saudara-saudaranya bermain dengan senjata mainan tetap membuatnya merasa "bangga" karena ia menganggap "senjata mainan itu cocok untuk anak laki-laki." 

Kanwal mengatakan dia tidak mengerti mengapa kedua putranya suka bermain dengan mainan senjata tetapi dia memperhatikan bahwa "anak-anak sangat suka menonton film laga." Baru-baru ini, drama sejarah Turki "Ertugrul" adalah favorit terbaru di kalangan anak muda Pakistan. 

"Film itu tidak terlalu vulgar dan semua anggota keluarga dapat menikmati saat menontonnya," kata Kanwal sambil menambahkan bahwa dia berpikir film itu juga telah meningkatkan kesadaran di antara anak-anak tentang sejarah mereka. 

Dijuluki "Game of Thrones versi Muslim," Dirilis Ertugrul (Kebangkitan Kembali Ertugrul) drama televisi itu telah meraup banyak penggemar di Pakistan. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, bahkan memujinya dan mengatakan dia sendiri telah mendorong sesama warga Pakistan untuk menonton serial ini, Kanwal berharap kisah dalam film ini seharusnya akurat secara historis dan bisa bermanfaat bagi anak-anaknya. 

Alternatif untuk Hollywood dan Bollywood? 

Hanya dalam kurun waktu dua bulan, lebih dari 58 juta orang melihat episode pertama Ertugrul disiarkan di saluran YouTube Pakistan Television Cooperation (PTV). Serial ini telah menyedot lebih dari 250 juta pemirsa hingga saat ini. 

Drama epik ini menceritakan kehidupan protagonis Ertugrul Bey, ayah pendiri Kekaisaran Utsmaniyah, Osman Bey. Berlatar sejarah abad ke-13, penggalan pertama serial ini menampilkan kampanye Turki melawan Tentara Salib di Anatolia, penggalan keduanya menampilkan pertempuran melawan bangsa Mongol, dan pada penggalan ketiga, perang dengan tentara Kristen, Bizantium. 

Disiarkan jaringan televisi pemerintah Turki TRT 1, seri blockbuster ini menampilkan lokasi yang eksotis, karakter yang megah dan karismatik dari wilayah tersebut, serta efek khusus berteknologi tinggi yang memukau. Ertugrul dianggap sebagai alternatif yang menarik bagi film-film Hollywood dan Bollywood di Pakistan. 

Tetapi kehadiran serial yang laris ini bukannya tanpa kritik. Tidak hanya keakuratan faktualnya yang dipertanyakan, drama ini juga dituduh mempromosikan fundamentalisme Islam dan nasionalisme Turki, di mana tema-tema utama serial ini sesuai dengan seruan populis Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. 

Wartawan dan pembuat film Pakistan yang berbasis di London, Mazhar Zaidi mengatakan Ertugrul adalah bagian dari upaya global untuk menciptakan kembali narasi "revisionis" dan mengglorifikasi aspek sejarah, guna memenuhi kebutuhan rezim populis Turki saat ini. 

"Sama sekali bukan hal baru bahwa partai politik dan rezim dari segala macam bentuk dan ideologi telah melakukannya di masa lalu. Masalahnya sekarang adalah bahwa hal itu dilakukan secara sengaja dengan mengecualikan pandangan alternatif sejarah lainnya. Ruang untuk suara lainnya sedang dirambah dan produksi populis seperti itu dipaksakan pada masyarakat," kata Zaidi. 

Namun demikian, pemerintah Pakistan memuji serial ini. Sementara, warga Lahore bahkan telah mendirikan dua patung di kota timur laut untuk memberi penghormatan kepada pemimpin Turki pada masa abad pertengahan, yang menjadi daya tarik wisata populer bagi penduduk setempat dan penggemar film itu. 

 

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement