Parlemen Asia Bahas Masalah Energi

Rabu , 19 Aug 2015, 14:17 WIB
Gedung Parlemen Lama (Flickr CC: Richard Gifford) dan Andrea Ho.
Gedung Parlemen Lama (Flickr CC: Richard Gifford) dan Andrea Ho.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Topik mengenai energi menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan parlemen se-Asia di Jakarta. Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon yang hadir dan berpidato dalam forum Asian Parliamentary Assembly (APA) mengatakan soal energi menjadi pembahasan yang menarik untuk wilayah Asia. Sebab, Asia menghadapi ancaman penyusutan sumber daya alam mineral, minyak dan gas tahun 2050 nanti.

Tantangan terberatnya adalah negara-negara di seluruh Asia harus mampu mengelola itu karena dengan baik. Hal ini terkait dengan nasib lebih dari 400 juta penduduk perkotaan Asia yang berisiko mengalami banjir akibat peningkatan permukaan air tanah tahun 2025. Fadli Zon menambahkan, saat ini diperkirakan 35 persen emisi karbon yang berkaitan dengan penggunaan energi dunia dihasilkan oleh negara-negara di kawasan Asia.

Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan emisi yang sama pada tahun 1990 yang hanya mencapai 17 persen. Menurut Fadli, pembangunan berkelanjutan adalah prasyarat bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan pengurangan tingkat kemiskinan. “Langkah-langkag nyata dan bersifat terobosan dalam serangkaian upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim kiranya perlu kita integrasikan ke dalam strategis dan perencanaan pembangunan kawasan kita ini,” kata dia, Rabu (19/8).

Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Nurhayati Assegaf mengatakan, sidang komite bidang ekonomi dan pembangunan berkelanjutan APA ini sukses mendatangkang 21 negara seluruh Asia. Padahal, dalam forum APA, hanya butuh 7 negara untuk membuat sidang parlemen Asia ini kuorum. Sebanyak 98 delegasi hadir untuk membahas masalah ekonomi Asia di APA.

Menurut dia, banyaknya negara yang berpartisipasi dalam sidang APA membuktikan Indonesia dipandang sangat penting. Bahkan, masukan-masukan dan usulan Indonesia menjadi yang ditunggu sebagai pemecahan masalah perekonomian Aisa. Sidang parlemen Asia ini menurut dia sangat penting untuk Indonesia sebagai persiapan untuk menghadapi goncangan ekonomi dan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

“Menghadapi MEA kita harus siap, kita tidak bisa mundur, masukan-masukan kita terima mengenai pembangunan berkelanjutan untuk Indonesia,” kata dia.

Negara-negara di Asia yang hadir di Jakarta untuk mengikuti sidang ini antara lain Afganistan, Bangladesh, Bhutan, Cina, Cyprus, India, Indonesia, Iran, Yordania, Kazakztan, Korea Selatan, Kuwait, Laos, Malaysia, Maladewa, Pakistan, Palestina, Filipina, Thailand, Bahrain, dan Kamboja.