Rabu 08 Dec 2021 04:49 WIB

Investor Pasar Modal di Sumbar Tembus 100 Ribu Orang

Kenaikan investor saham pada 2021 setara tiga kali lipat kenaikan investor pada 2020.

Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta, Jumat (13/11). Bursa Efek Indonesia (BEI) perwakilan Sumatra Barat (Sumbar) mencatat jumlah investor asal provinsi itu yang menanamkan uangnya di bursa telah menembus angka 100 ribu orang hingga 30 November 2021.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta, Jumat (13/11). Bursa Efek Indonesia (BEI) perwakilan Sumatra Barat (Sumbar) mencatat jumlah investor asal provinsi itu yang menanamkan uangnya di bursa telah menembus angka 100 ribu orang hingga 30 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Bursa Efek Indonesia (BEI) perwakilan Sumatra Barat (Sumbar) mencatat jumlah investor asal provinsi itu yang menanamkan uangnya di bursa telah menembus angka 100 ribu orang hingga 30 November 2021. Terjadi kenaikan investor sebanyak 49.309 atau 93,48 persen dibandingkan Desember 2020.

"Hingga 30 November 2021 tercatat jumlah investor ber-KTP Sumbar mencapai 102.055," kata Kepala BEI perwakilan Sumbar Early Saputra di Padang, Selasa (7/12).

Baca Juga

Kenaikan Jumlah Investor Saham pada 2021 setara tiga kali lipat kenaikan jumlah investor pada 2020, ujarnya. 

Ia menyebutkan nilai transaksi efek ekuitas hingga 30 November 2021 telah mencapai Rp 17,4 triliun. Ini didukung oleh adanya 10 kantor cabang perusahaan sekuritas di Sumatra Barat dengan perincian delapan anggota bursa, satu perusahaan efek non anggota bursa dan satu manajer investasi.

 

Selain itu terdapat 10 Galeri Investasi BEI dan 8 Calon Galeri Investasi BEI di Kampus, SLTA, Perusahaan, Yayasan dan Perkumpulan. 

Ia menenggarai semakin banyaknya generasi muda yang melek investasi membuat nilai transaksi terus meningkat. Early menyebutkan dilihat dari aspek demografi para investor pasar modal di Sumbar didominasi oleh pelajar dan mahasiswa orang dengan rentang usia 18-25 tahun.

"Artinya 80 persen investor di Sumbar usianya berada di bawah 40 tahun," katanya.

Terkait dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang terdampak pandemi ia menilai tidak berpengaruh terhadap minat orang menanamkan uang di pasar modal.

"Ketika pasar semakin baik, pengawasan ketat maka orang akan semakin percaya bursa akan semakin antusias," katanya.

Ia menilai ini tidak lepas dari edukasi dan pengawasan yang dilakukan OJK hingga dukungan dari pemerintah yang membuat produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan anak muda.

Kepada investor dan calon investor ia mengajak untuk menanamkan uang di pasar modal dengan memperhatikan kinerja perusahaan karena nyatanya di tengah pandemi sejumlah saham malah mengalami kenaikan harga.

Ia menuturkan kepemilikan atas saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia menciptakan keuntungan secara finansial bagi pemegang saham bersangkutan. Early menambahkan pasar modal dapat menjadi salah satu alternatif jitu dalam pengembangan pembangunan ekonomi di Indonesia karena keberadaannya yang semakin berkembang dan kebutuhan perusahaan terhadap modal dapat terealisasi lewat pasar modal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement