Jumat 09 Jul 2021 16:51 WIB

Rekayasa Cuaca Atasi Karhutla di Riau Beroperasi 15 Hari

Modifikasi cuaca dengan mengoptimalkan potensi curah hujan mampu cegah karhutla.

Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Riau yang terdiri dari petugas Manggala Agni Daops Pekanbaru, BPBD Pekanbaru, Masyarakat Peduli Api dan TNI Polri berusaha memadamkan api yang membakar lahan ketika terjadi kebakaran lahan di Pekanbaru, Riau, Jumat (2/4/2021). Kencangnya angin dan sulitnya sumber air di lokasi yang terbakar membuat api dengan cepat membakar semak belukar di atas lahan yang diperkirakan mencapai 10 hektar.
Foto: Antara/Rony Muharrman
Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Riau yang terdiri dari petugas Manggala Agni Daops Pekanbaru, BPBD Pekanbaru, Masyarakat Peduli Api dan TNI Polri berusaha memadamkan api yang membakar lahan ketika terjadi kebakaran lahan di Pekanbaru, Riau, Jumat (2/4/2021). Kencangnya angin dan sulitnya sumber air di lokasi yang terbakar membuat api dengan cepat membakar semak belukar di atas lahan yang diperkirakan mencapai 10 hektar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kembali menerapkan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menekan potensi kejadian bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau sejak 3 Juli 2021 hingga 15 hari kegiatan.

"Teknologi Modifikasi Cuaca dapat menjadi salah satu bagian dari solusi permanen dalam pengendalian karhutla di masa depan," kata Kepala BPPT Hammam Riza.

Kepala BPPT mengatakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) modifikasi cuaca dengan mengoptimalkan potensi curah hujan mampu berkontribusi mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Dalam dua tahun terakhir melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2020, kegiatan TMC diarahkan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Pada pelaksanaan Operasi TMC yang memasuki hari ke-4 di Riau, sudah mampu menghasilkan volume air hujan yang signifikan dengan mempertahankan tinggi muka air tanah (TMAT) lahan gambut dan meredam munculnya "hotspot".

Dalam pelaksanaan Operasi TMC di Provinsi Riau itu, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) Yudi Anantasena menuturkan BPPT berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta menggandeng pihak swasta.

"Ini pelaksanaan TMC kedua kalinya di Provinsi Riau di tahun 2021, setelah sebelumnya juga dilaksanakan TMC Pencegahan Karhutla di Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat," ujarnya.

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Jon Arifian mengatakan pada kondisi curah hujan yang rendah, potensi kemunculan titik panas mudah terjadi dan memicu karhutla secara masif, sehingga upaya penerapan TMC diharapkan mampu mengurangi potensi tersebut.

"Bulan Juni mulai memasuki masa transisi dan kemarau berikutnya dimulai pada bulan Juni hingga September dan peralihan bulan Oktober hingga Desember memasuki musim hujan periode kedua," tuturnya.

Sementara itu, Koordinator Lapangan BBTMC BPPT Posko TMC Pekanbaru Tukiyat mengatakan tim TMC telah melakukan empat sorti penyemaian awan dengan menabur bahan semai sebanyak 2,4 ton NaCl.

Penyemaian ditargetkan di wilayah Indragiri Hilir, Indra Giri Hulu, Siak, Bengkalis, Dumai, Pelalawan dan sekitarnya. Hingga hari ke-4 pelaksanaan TMC sudah menghasilkan volume air hujan sebanyak 2,3 juta m3.

Operasi TMC di Provinsi Riau diinisiasi KLHK bekerja sama dengan BPPT, mitra APHI yaitu PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), TNI Angkatan Udara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Satuan Tugas Penanganan Karhutla Provinsi Riau, serta mendapat dukungan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pemerintah Provinsi Riau dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement