Rabu 22 Jun 2022 17:01 WIB

OJK: Kredit Perbankan di Sultra Mencapai Rp 33,16 Triliun

Kredit perbankan di Sultra didominasi sektor pemilikan peralatan rumah tangga lainnya

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan, penyaluran kredit perbankan konvensional mencapai Rp 33,16 triliun per April 2022 seiring dengan melandainya penyebaran Covid-19.
Foto: Istimewa
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan, penyaluran kredit perbankan konvensional mencapai Rp 33,16 triliun per April 2022 seiring dengan melandainya penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan, penyaluran kredit perbankan konvensional mencapai Rp 33,16 triliun per April 2022 seiring dengan melandainya penyebaran Covid-19.

"Secara umum kredit yang diberikan naik sebesar 18,61 persen (yoy) menjadi Rp 33,16 triliun dari periode April 2021 yang sebesar Rp 27,96 triliun," kata Kepala Bagian Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Sultra Maulana Yusuf di Kendari, Rabu (22/6/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan kredit yang diberikan perbankan untuk modal kerja tumbuh 47,72 persen atau Rp12,12 triliun dari periode April 2021 sebesar Rp8,21 triliun.  Posisi kedua kredit investasi tumbuh 14,46 persen yang mana pada April 2021 sebesar Rp2,77 triliun naik menjadi Rp3,17 triliun April 2022. Kemudian kredit konsumsi tumbuh 5,21 persen dari Rp16,97 triliun April 2021 menjadi Rp17,86 triliun pada April 2022.

Maulana mengatakan, kualitas kredit terjaga dari rasio non performing loan (NPL) sebesar 1,74 persen di bawah batas 5 persen. Hal itu menggambarkan kredit bermasalah berada pada angka yang rendah.

 

"Kredit ini merupakan jantungnya perbankan, atau urat nadinya dari perbankan, memang harus dijaga rendah.  Kalau NPL-nya terlalu tinggi akan rugi karena dari debitur tidak sanggup melakukan pembayaran, jadi hal tersebut menyebabkan rugi sehingga nanti akan menggerus modal, bahkan bisa tutup," jelas Maulana.

Menurutnya, meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan menunjukkan kebijakan yang dilakukan pemerintah bersinergi dengan berbagai lembaga cukup berhasil selama pandemi Covid-19. Hal itu membuat aktivitas ekonomi dan masyarakat kembali normal yang berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit secara umum.

"Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menggambarkan berapa dana yang dihimpun dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan. kita lihat posisi April 2022 tercatat 116,29 persen. Jadi lebih banyak pinjaman yang diberikan daripada dana pihak ketiga yang dihimpun," ujar dia.

Maulana menjelaskan, kredit perbankan di Sultra didominasi penyaluran kredit kepada sektor pemilikan peralatan rumah tangga lainnya. Termasuk pinjaman multiguna yaitu sebesar 41,24 persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 19,44 persen dan sektor pertambangan dan penggalian bertumbuh paling signifikan yaitu 2343,43 persen, disusul pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 34,65 persen.

Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit kepada UMKM terdapat pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 22,57 persen dengan rasio NPL di posisi 3,42 persen. Pangsa kredit UMKM mencapai 33,34 persen dari total penyaluran kredit sebesar Rp33,16 triliun.

"Bila dilihat dari kategori UMKM, pertumbuhan kredit UMKM secara yoy didominasi oleh kredit mikro 96,33 persen kecil 16,97 persen, dan menengah yang terkoreksi -45,10 persen," ujar dia.

Ia mengatakan aset perbankan konvensional juga tumbuh sebesar 9,73 persen dari Rp37,53 triliun pada April 2021 menjadi Rp41,18 triliun pada Arpil 2022.

Dia menambahkan, untuk dana pihak ketiga (DPK) juga naik sebesar 6,59 persen (yoy) atau Rp28,52 triliun bila dibandingkan periode yang sama April 2021 sebesar Rp26,75 triliun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement