Kamis 26 May 2022 03:05 WIB

Momentum Hari Hipertensi Sedunia,  Pakar Ingatkan Pentingnya Hidup Sehat

Pakar menyebut anak dan remaja kini memiliki kans terkena hipertensi yang sama besar

Memperingati Hari Hipertensi Sedunia  yang diperingati setiap tanggal 17 Mei,  Siloam Hospital Manado menghelat webinar kesehatan bertajuk Mengenal dan Mencegah Hipertensi dengan pembicara Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi dr Stella Palar Sp.PD-KGH.
Foto: istimewa
Memperingati Hari Hipertensi Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 Mei, Siloam Hospital Manado menghelat webinar kesehatan bertajuk Mengenal dan Mencegah Hipertensi dengan pembicara Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi dr Stella Palar Sp.PD-KGH.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Memperingati Hari Hipertensi Sedunia  yang diperingati setiap tanggal 17 Mei,  Siloam Hospital Manado menghelat webinar kesehatan bertajuk "Mengenal dan Mencegah Hipertensi" dengan pembicara Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi dr Stella Palar Sp.PD-KGH.

Mengutip data Riskesdas tahun 2018, Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, karena prevalansi yang tinggi (34,1 persen). Adapun Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan bahwa Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg). 

Akan hal tersebut, tidak hanya orang tua saja yang perlu mewaspadainya, bahkan kini anak-anak muda memiliki risiko hipertensi yang tak kalah besar.  Hampir 95 persen kasus hipertensi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik. Kasus hipertensi sendiri tercatat sebagai kasus kematian utama di seluruh dunia.

Terkait hal tersebut, Dokter Stella Palar mengatakan, aliran darah diedarkan ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah yang disebut arteri, tekanan darah adalah kekuatan mendorong darah dari dinding arteri. Dikenal tekanan darah sistolik yaitu setiap kali jantung berdenyut jantung memompa darah kedalam arteri dan diastolik yaitu ketika jantung istirahat diantara denyutan ketika tekanan darah turun. 

"Contoh tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg", tutur dia.

Dokter Stella melanjutkan,  Ketika tekanan darah tetap meningkat, kronik dalam waktu atau periode yang lama dapat dikatakan tekanan darah tinggi ( hipertensi), tentu berbahaya karena dapat menyebabkan jantung bekerja terlalu berat dan menyebabkan kekakuan pembuluh darah (aterosklerosis). 

Penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg saat istirahat disebut Hipertensi. Namun diagnosa hipertensi tidak dapat hanya mengandalkan satu kali pemeriksaan namun harus berulang untuk mengkonfirmasi diagnosis hipertensi, sebagai pencegahan yang disebut hipertensi "jas putih" dan "hipertensi terselubung."

Kenali Faktor Penyebab dan Penanganan

Diselingi sesi tanya jawab, dokter Stella mengingatkan, baik dari faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi dua kategori yaitu Primer  yang presentasinya sekitar 90-95 persen dan tidak diketahui penyebabnya, dan Sekunder  sekitar 5-10 persen yg penyebabnya diketahui  seperti ; Penyakit ginjal, Metabolik, Jantung dan pembuluh darah, Kehamilan, obat obatan dan beberapa lainnya. 

Evaluasi hipertensi oleh dokter setelah menegakkan diagnosis dan derajat hipertensi, berurutan seperti ; Menepis kemungkinan penyebab sekunder, mengidentifikasi faktor faktor resiko dan penyakit penyerta yang mungkin ada, dan menentukan ada tidaknya kerusakan organ. 

Serta apabila hipertensi tidak diobati dan tidak terkontrol akan beresiko gagal jantung, serangan jantung, penyakit ginjal, kebutaan.

"Konsultasikan dengan dokter anda yang akan memberikan obat penurun tekanan darah guna melindungi dan memperbaiki organ target, pahami pula sejumlah faktor resiko sekaligus teratur memeriksakan tekanan darah", pungkas dokter Stella Palar Sp.PD-KGH* Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi Siloam Hospitals Manado.

Adapun asupan makanan bergizi, rutin berolahraga , pertahankan berat badan ideal, hindari konsumsi alkohol dan rokok turut mempengaruhi keberadaan hipertensi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement