Rabu 19 May 2021 02:53 WIB

Dua Prajurit TNI Gugur Diserang OTK di Bandara Yahukimo

Aparat keamanan masih terus melakukan pengejaran terhadap para OTK.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Bambang Noroyono/ Red: Agus Yulianto
Personil TNI menyiapkan peti jenazah untuk korban penembakan oleh teroris Papua.
Foto: Antara/Marius Frisson Yewun
Personil TNI menyiapkan peti jenazah untuk korban penembakan oleh teroris Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, Kolonel Czi IGN Suriastawa, menyampaikan, dua prajurit TNI gugur setelah diserang oleh orang tidak dikenal (OTK) di Bandara Nol Goliat Dekai, Yahukimo, Papua. Prajurit itu merupakan bagian dari Satuan Tugas Pengamanan Daerah Rawan (Satgas Pamrahwan) Yonif Para Raider 432.

"Pada tanggal 18 Mei 2021 telah terjadi penyerangan oleh OTK di Bandara Nol Goliat Dekai Yahukimo yang menyebabkan dua orang anggota dari Satgas Pamrahwan Yonif Raider 432 meninggal dunia," ujar Suriastawa saat dikonfirmasi, Selasa (18/5).

Suriastawa menyatakan, hingga dengan saat ini aparat keamanan baik TNI maupun Polri masih terus melakukan pengejaran terhadap para pelaku. Penyerang prajurit-prajurit tersebut tidak sendirian melainkan berkelompok.

"Sampai dengan saat ini aparat TNI-Polri masih melakukan pengejaran terhadap Kelompok OTK tersebut. Bila ada perkembangan lebih lanjut akan disampaikan," kata Suriastawa.

Yonif Raider 432 sejatinya sudah ada di penghujung tugas mereka di wilayah tugas tersebut. Beberapa waktu lalu, pembekalan kepada para pengganti mereka untuk bertugas di sana dilaksanakan. Ada sebanyak 500 personel Yonif Raider Khusus 751/VJS yang akan menggantikan Yonif Raider 432 sebagai Satgas Pamrahwan di bawah kendali Komando Pelaksana Operasi (Kolakops) Korem 172/PWY.

Kala itu disebutkan, keberadaan TNI di tanah Papua disebut sebagai salah satu solusi untuk menciptakan kedamaian dan keamanan. Strategi yang dijalankan untuk mengalahkan Organisasi Papua Merdeka (OPM) ialah tanpa pertempuran, menyelesaikan konflik Papua tanpa diwarnai dengan pertumpahan darah.

"Keberadaan TNI di tanah Papua merupakan salah satu solusi untuk menciptakan kedamaian dan keamanan di tanah Papua," ujar Komandan Korem (Danrem) 172/PWY, Brigjen TNI Izak Pangemanan, dikutip dari laman resmi TNI AD, Ahad (9/5).

Danrem mengatakan, strategi yang dijalankan untuk mengalahkan OPM ialah tanpa pertempuran. Itu berarti menyelesaikan konflik Papua tanpa diwarnai dengan pertumpahan darah, mengecat bintang kejora menjadi merah putih dengan cara memenangi pikiran, jiwa, dan perasaan masyarakat Papua.

“Ini yang ingin kita tekankan kepada prajurit kami yang akan melaksanakan tugas operasi sehingga mereka paham bagaimana cara melaksanakan tugas di Papua. Mereka harus sadar bahwa keberadaan satgas di Tanah Papua adalah untuk menciptakan stabilitas keamanan di setiap wilayah tanggung jawabnya," kata dia.

Dengan demikian, kata dia, maka pembangunan di tanah Papua ini akan berjalan dengan baik dan aman. Pembangunan yang berjalan akan diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Rakyat yang sejahtera tidak akan mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin merongrong kedaulatan NKRI.

Lebih lanjut Danrem menaruh harapan besar kepada para prajurit agar melaksanakan tugas sebagaimana yang telah ditekankan oleh pimpinan. Dia ingin mereka melaksanakan tugas secara profesional, melaksanakan tugas dengan melihat permasalahan yang ada.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, para prajurit diharapkan melakukannya dengan tidak menambah permasalahan baru. Sebab, TNI hadir di Papua untuk menjadi solusi, bukan sebaliknya.

“Bekerja dengan hati membangun masa depan Papua yg lebih baik, agar masyarakat Papua merasa nyaman bersama TNI maka dengan sendirinya pos tempat bertugas akan dijaga oleh masyarakat,” kata Izak.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement