Rabu 28 Oct 2020 06:35 WIB

Sempat Keluhkan Tugas Sekolah, Siswa di Tarakan Bunuh Diri

Menumpuknya tugas sekolah di tengah pandemi diduga jadi motif bunuh diri.

Bunuh diri/ilustrasi
Foto: Max Pixel
Bunuh diri/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TARAKAN - Seorang siswa di salah satu SMP di Tarakan ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi tempat tinggalnya di Kelurahan Sebengkok, Tarakan, Selasa (27/10) sekitar 17.00 Wita.

"Berdasarkan keterangan beberapa saksi, korban ini orangnya pendiam tapi pernah mengeluh karena banyak tugas dari sekolah," kata Kasat Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polresta TarakanIptu Muhammad Aldi saat dihubungi Antara di Tarakan, Selasa (27/10).

Tewasnya siswa yang berusia 15 tahun tersebut membuat geger warga sekitar tempat tinggal korban di RT. 32 Kelurahan Sebengkok.

Selanjutnya petugas dari Polresta Tarakan membawa korban ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan untuk dilakukan visum.

"Hasil visum tidak ditemukan tanda - tanda kekerasan. Posisi korban lidahnya tergigit dan mengeluarkan kotoran, dugaan awal kami memang merupakan murni gantung diri,” kata Aldi.

Penyidik juga sudah mendatangi memeriksa beberapa saksi menemukan pertama kali yang ada di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

"Saksi yang diperiksa baik itu dari keluarga atau dari kerabat yang diminta tolong, termasuk orang tua korban,” kata Aldi.

Sejumlah warga mengaku prihatin dan meminta agar pihak sekolah dan orangtua menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran.

"Innalillahi wa innalillahi roji'un. Selain banyak tugas tanpa orangtua sadari, bentakan dan amarahan mereka bisa kism menjadi beban mental anak tertekan," ujarnya Icha salah seorang pelajar menuturkan tekanan selama "studi from home" selama pandemi COVID-19.

Amy, salah seorang pelajar SMA Tarakan mengatakan bahwa bisa jadi hal itu dipicu orangtua yang kurang perhatian terhadap anak.

"Sekolah (proses mengajar belajar) tatap muka bukan jaminan jika orangtua kurang perhatian sehingga beban ditanggung sendiri anak, apalagidi masa pandemi ini tingkat stres tambah tinggi," ujarnya.

"Hal yang dikhawatirkan terjadi, bagaimana anak tidak stress, di sekolah mendapat beban bahkan ancaman dari pengajar terkait nilai, belum lagi masalah biaya pulsa dan jaringan internet banyak bermasalah," kata Kartini, salah seorang orangtua pelajar di Tarakan.

Persoalan lain, peranan orang tua ikut membuat siswa banyak tertekan karena mereka memang tidak memiliki kemampuan ikut membimbing atau mengajar.

Ia berharap atas kejadian itu segera dievaluasi tentang sikap para guru serta sistem belajar mengajar jarak jauh ini.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement