Rabu 14 Jul 2021 07:27 WIB

Pedagang Ikan Hias Tulungagung Sulit Dapat Oksigen

Agen pengisian kini fokus memenuhi kebutuhan oksigen medis.

Pedagang Ikan Hias Tulungagung Sulit Dapat Oksigen. Pekerja memasukkan ikan koi (Cyprinus rubrofuscus) ke dalam kantomg plastik yang diberi oksigen di sentra budidaya ikan koi Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (13/7/2021). Pedagang ikan menyatakan meningkatnya kebutuhan oksigen untuk medis secara tidak langsung telah memengaruhi penjualan ikan-ikan hias ke luar daerah karena minimnya jatah pasokan oksigen untuk komersial atau nonmedis.
Foto: ANTARA//Destyan Sujarwoko
Pedagang Ikan Hias Tulungagung Sulit Dapat Oksigen. Pekerja memasukkan ikan koi (Cyprinus rubrofuscus) ke dalam kantomg plastik yang diberi oksigen di sentra budidaya ikan koi Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (13/7/2021). Pedagang ikan menyatakan meningkatnya kebutuhan oksigen untuk medis secara tidak langsung telah memengaruhi penjualan ikan-ikan hias ke luar daerah karena minimnya jatah pasokan oksigen untuk komersial atau nonmedis.

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Sejumlah pedagang ikan hias yang biasa mengirim paket ikan hias ke berbagai daerah di Indonesia mulai mengeluhkan dampak kelangkaan oksigen yang saat ini terkonsentrasi untuk kebutuhan medis.

"Tanpa oksigen, ikan-ikan yang dikirim tidak bisa bertahan lama dalam kantung plastik tertutup," kata pembudidaya sekaligus pedagang ikan hias asal Desa Bendiljati Wetan, Tulungagung, Jawa Timur Moh Majid Makruf, Selasa (13/7).

Baca Juga

Ia saat ini hanya bisa mengandalkan oksigen cadangan yang masih tersisa. Banyak pedagang ikan lain yang saat ini kelimpungan tak bisa mengirim pesanan ikan hias karena tak mendapat pasokan oksigen dari agen dan pangkalan.

Di agen pengisian oksigen di Tamanan, misalnya, sejumlah pedagang dan suplier ikan banyak yang harus balik kanan dengan tabung tetap kosong. Agen pengisian oksigen kini banyak menolak mengisi tabung oksigen untuk komersil karena difokuskan memenuhi kebutuhan oksigen medis.

 

Mereka melayani permintaan dari rumah sakit, puskesmas, RSDC, dan permintaan warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah. "Prioritasnya sementara, terutama selama PPKM darurat ini adalah memenuhi kebutuhan oksigen medis. Semua harus bersabar dan memaklumi situasi yang berkembang saat ini. Ini demi kemanusiaan," ujar Meme, pemilik agen pengisian oksigen di selatan simpang empat Tamanan, Kota Tulungagung.

Akibat kelangkaan oksigen ini, pedagang cenderung menahan pengiriman. Sebagian masih ada yang berhasil memperoleh oksigen dari agen atau pangkalan, namun harganya saat ini juga sudah melambung dua kali lipat.

Menurut pengakuan Majid, oksigen untuk tabung ukuran satu kubik yang biasanya dihargai Rp 45 ribuan, kini telah naik menjadi Rp 75 ribu. Sementara oksigen untuk tabung ukuran enam kubik yang biasanya hanya Rp 75 ribu, kini telah dinaikkan menjadi Rp 200 ribu. Itu pun sangat sulit didapat.

"Biaya kirim menjadi lebih mahal dengan harga oksigen yang naik dua kali lipat begini," katanya.

Di Tulungagung, pedagang dan suplier ikan seperti Majid Makruf ada puluhan. Produk ikan hias yang dijual dan dikirim ke luar daerah seperti jenis ikan koi, mas koki, osar dan sebagainya.

Ikan-ikan hias yang dikemas dalam wadah plastik transparan itu diisi air seperempat wadah, diberi obat penenang agar ikan tidak mabuk, lalu diisi oksigen agar ikan yang ada di dalamnya bisa bertahan hingga 24 jam. Jika tujuannya jauh, pedagang biasanya menyediakan oksigen cadangan untuk pengisian ulang saat di perjalanan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement