Jumat 07 Aug 2020 17:02 WIB

Mendagri Luncurkan Gerakan 26 Juta Masker di Jatim

Gerakan 26 juta masker se-provinsi Jawa Timur untuk memutus Covid-19

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tito Karnavian meluncurkan gerakan 26 juta masker se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jumat (7/8).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tito Karnavian meluncurkan gerakan 26 juta masker se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jumat (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian bersama sejumlah pejabat meluncurkan gerakan 26 juta masker se-provinsi Jawa Timur (Jatim). Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah memutus penyebaran Covid-19 di Jatim.

Proteksi diri menjadi hal yang perlu dilakukan di masyarakat dalam menghadapi Covid-19. Menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan sosial merupakan proteksi paling efektif.

"Itu semua mudah diucapkan tapi sulit untuk diimplementasikan," kata Tito di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jumat (7/7).

Tito mengaku penerapan protokol kesehatan Covid-19 di masyarakat memiliki tantangan tersendiri. Oleh sebab itu, pemerintah perlu berusaha mencari cara agar masyarakat dapat mematuhi protokol tersebut. Dalam hal ini bisa dengan cara imbauan, sanksi sosial dan sebagainya.

Penggunaan masker sangat penting dilakukan mengingat terdapat tiga jenis penularan Covid-19. Virus corona dapat menular dari percikan, bersih dan aerosol. Masker bisa menjadi cara efektif pencegahan selama menggunakannya dengan benar.

"Persoalannya bagaimana supaya orang menggunakan masker, ini tantangan. Kalau negara kecil itu bisa dan mudah tapi ini Indonesia tidak mudah," ucap pria yang pernah menjabat sebagai Kapolri ini.

Di sisi lain, saat ini setiap daerah di Indonesia mempunyai hak otonomi tersendiri. Artinya, kebijakan antardaerah dalam menyikapi Covid-19 akan berbeda. Menurut Tito, masalah tersebut perlu dihadapi dengan kesungguhan dari pemerintah pusat dan daerah.

"Maka kalau ingin sukses mengubah perilaku untuk menggunakan masker, maka mesin pusat harus kencang, tingkat satu juga, dan daerah juga harus. Baru itu masyarakat Jatim terkendali," katanya.

Tito mengaku banyak masyarakat yang tidak menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Hal ini bisa disebabkan karena yang bersangkutan tidak tahu fungsi masker. Ada pula yang merasa tidak nyaman dan kurang mampu untuk membeli masker.

"Oleh karena itu, kita membagi masker, ini adalah simpatik. Kalau langsung penegakan akan sulit, resistensi tinggi," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement