Jumat 06 Mar 2020 20:30 WIB

Masyarakat Diminta Bijak dan tak Beli Masker Secara Berlebih

Pembelian masker berlebihan akan berpengaruh pada kondisi masyarakat sendiri

Sejumlah warga mengantre membeli masker saat operasi pasar masker di JakMart, Pasar Pramuka, Jumat (6/3).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sejumlah warga mengantre membeli masker saat operasi pasar masker di JakMart, Pasar Pramuka, Jumat (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Malang meminta masyarakat untuk tetap bijak dan tidak membeli masker secara berlebihan, terkait penyebaran virus coronajenis baru atau COVID-19. Direktur RSUD Saiful Anwar Malang Kohar Hari Santoso mengatakan, jika pembelian masker dan juga bahan kebutuhan pokok dilakukan secara berlebihan, bisa menyebabkan kenaikan harga yang tidak terkendali, serta merugikan masyarakat itu sendiri.

"Masyarakat bisa bijak, tidak perlu takut, dan tidak perlu memborong masker, atau sembako. Karena itu akan berpengaruh pada kondisi masyarakat sendiri," kata Kohar, di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (6/3).

Baca Juga

Pemerintah Kota Malang, beberapa waktu lalu sudah melakukan sidak terkait ketersediaan masker yang ada di pasaran. Dari 70 apotek yang berada di wilayah Kota Malang, saat ini hanya lima apotek yang memiliki stok persediaan masker.

Informasi yang diterima Pemkot Malang, harga masker per kotak yang sebelumnya hanya Rp 20 ribu, kini melonjak menjadi Rp 450 ribu per kotak. Oknum yang berupaya untuk mengambil keuntungan setinggi-tingginya dari kondisi saat ini, akan diberikan sanksi tegas. "Nanti (dengan pembelian berlebihan itu) barang-barang tidak ada, dan harganya menjadi mahal," kata Kohar.

Kohar menjelaskan, masyarakat diimbau untuk tetap tenang terkait penyebaran virus corona atau COVID-19, khususnya di Indonesia. Jika tidak melakukan kontak langsung dengan orang yang positif terjangkit COVID-19, masyarakat diharapkan tidak merasa khawatir.

Selain itu, lanjut Kohar, tidak semua orang yang melakukan perjalanan atau pulang dari negara terpapar COVID-19, dengan serta merta langsung terjangkit virus yang pertama kali merebak di Wuhan, China, itu. "Mereka yang sakit itu memang berasal dari negara-negara terpapar. Tapi tidak semua yang dari sana itu kami nyatakan sakit, karena ada observasi 14 hari, seperti di Natuna (yang ternyata negatif)," ujar Kohar.

RSUD Saiful Anwar sudah menangani enam orang yang awalnya diduga terjangkit COVID-19. Namun dari enam orang tersebut, setelah dilakukan uji laboratorium, semuanya negatif dari virus corona.

Kohar menjelaskan, enam orang pasien tersebut, sudah dilakukan observasi dan dipantau kesehatannya. Setelah dilakukan penelitian lebih dalam, para pasien tersebut tidak memenuhi kriteria terjangkit COVID-19. "Setelah kita lihat lebih dalam, tidak memenuhi kriteria. Paling final, kita sudah lakukan pemeriksaan, dan ternyata negatif, tidak ditemukan virus corona," kata Kohar.

RSUD Saiful Anwar Malang merupakan salah satu rumah sakit di Jawa Timur yang menjadi rujukan utama untuk penanganan kasus COVID-19. Selain Saiful Anwar Malang, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, juga dijadikan rumah sakit rujukan terkait kasus COVID-19.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement