Ahad 19 Jun 2022 22:00 WIB

Kenaikan Harga Cabai dan Sayuran Bingungkan Pemilik Usaha Warung Makan

Kenaikan harga cabai di sejumlah daerah berdampak pada pedagang makanan

Rep: Bowo Pribadi / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi pedagang cabai. Kenaikan harga cabai di sejumlah daerah berdampak pada pedagang makanan
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Ilustrasi pedagang cabai. Kenaikan harga cabai di sejumlah daerah berdampak pada pedagang makanan

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG— Harga cabai tembus Rp 100 ribu per kilogram, para pelaku usaha warung makan mulai kebingungan. Pada saat yang sama, beberapa jenis sayuran pun terpantau mengalami lonjakan harga.

Tak elak, situasi ini membuat sejumlah pemilik warung makan dan UKM kuliner kebingungan. Terutama mereka yang menggunakan cabai dan berbagai jenis saran sebagai komponen utama sajian kulinernya.

Baca Juga

Sebab, di saat harga cabai dan beberapa komponen sayuran menjadi semakin mahal, Mereka tidak dapat serta merta menaikkan harga tiap porsi hidangan.

“Jangankan menaikkan harga, mengurangi sedikit porsi saja pelanggan langsung protes,” ungkap Yono (54) pemilik warung makan Pak Yono, di Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Ahad (19/6/2022).

 

Dia menjelaskan, sekarang ini, usaha warung makan maupun usaha kuliner menjadi ‘serba salah’, karena naiknya harga sejumlah bahan, terutama sayuran, untuk hidangan, di sejumlah pasar tradisional.

Misalnya untuk harga cabai rawit merah sudah mencapai Rp 100 ribu per kilogram dan untuk cabai rawit hijau, yang biasa untuk lalapan, sudah tembus Rp 80 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya harga cabai rawit hijau sebelumnya hanya berkisar Rp 42 ribu per kilogram.

Tak hanya itu, lanjutnya, harga bawang merah juga sudah merangkak naik menjadi Rp 60 ribu per kilogram dan bawang putih Rp 45 ribu per kilogram. Bahkan sayuran jenis kol yang sebelumnya hanya Rp 4.000 per kilogram saat ini sudah mencapai Rp 10 ribu per kilogram.

“Kebetulan warung makan kami juga menyajikan hidangan ayam penyet, sehingga dengan naiknya bahan baku seperti cabai, bawang merah serta sayuran untuk lalapan ini cukup mempengaruhi biaya yang dikeluarkan untuk belanja,” tegasnya.

Sementara itu, Rini (41) pemilik angkringan di Banyumanik juga tak kalah bingung dengan kenaikan harga cabai. Umumnya angkringan banyak menyediakan berbagai macam gorengan dengan pelengkap cabai rawit hijau.

Saat harga mahal, dia memilih untuk membeli cabai rawit dalam jumlah yang terbatas menyesuaikan dengan uang belanja. “Namun saat cabai rawit untuk gorengan saya kurangi, pembeli menganggap penjualnya pelit, jadi bingung kan,” jelasnya.

Sementara itu, beberapa pedagang di Pasar Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang juga mengamini harga cabai rawit kian mahal. Untuk cabai rawit merah harga saat ini mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

Pun demikian untuk cabai rawit hijau harganya juga ikut naik, dalam beberapa hari terakhir. “Kalau di sini (pasar Bandarjo), rata- rata pedagang sayuran sudah menjual kepada pembeli di atas harga Rp 80 ribu per kilogram,” jelas Munawaroh (47).

Sebab untuk cabai rawit hijau, dia mengambil dari pemasok sudah di harga Rp 82.000 per kilogram. Sehingga dia menjual kepada pembeli dengan harga Rp 85.000 per kilogram dan dia hanya megambil untung Rp 3.000 per kilogram.

Dengan harga cabai yang mahal ini, pembeli memang tidak menawar harga. Umumnya Mereka namun langsung menyodorkan uang sesuai dengan kemampuannya. “Kalau misalnya Rp 5.000 cuma dapat setengah ons, kalau Rp 20 ribu saya beri 2 ons,” tambahnya.           

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement