Sabtu 15 May 2021 02:13 WIB

Kunjungan ke Taman Jurug Turun Drastis Lebaran Tahun ini

Jumlah pengunjung Taman Jurug selama dua hari lebaran tak sampai 2.000 pengunjung.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Friska Yolandha
Petugas memberi makan orang utan koleksi Solo Zoo atau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Tori (kanan) dan anaknya Justin (kiri) di danau setempat, Solo, Jawa Tengah, Rabu (27/1/2021). Pengelola TSTJ berencana akan menutup sementara kunjungan untuk masyarakat pada Senin (1/2/2021) guna mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Petugas memberi makan orang utan koleksi Solo Zoo atau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Tori (kanan) dan anaknya Justin (kiri) di danau setempat, Solo, Jawa Tengah, Rabu (27/1/2021). Pengelola TSTJ berencana akan menutup sementara kunjungan untuk masyarakat pada Senin (1/2/2021) guna mencegah penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kunjungan wisatawan ke kebun binatang Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo mengalami penurunan drastis saat libur Lebaran tahun ini. Penurunan tersebut lantaran adanya larangan mudik dan pembatasan-pembatasan di masa pandemi Covid-19. Meski demikian, manajemen tetap bersyukur berapapun jumlah pengunjung yang datang.

Direktur TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan, pada hari pertama Lebaran, Kamis (13/5), jumlah pengunjung sebanyak 719 orang, hanya 10 persen dari hari pertama Lebaran 2019 yang mencapai 7.000 orang. Sedangkan pada hari kedua Lebaran, Jumat (14/5) hingga pukul 14.00 WIB jumlah pengunjung sebanyak 1.202 orang dibandingkan 2019 mencapai 10 ribu orang.

"Ini semuanya karena imbas pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), kemudian ada pembatasan-pembatasan yang lain, jadi bisa dimaklumi situasinya kalau pengunjungnya otomatis turun drastis," kata Bimo kepada wartawan, Jumat (14/5).

Meski turun drastis, Bimo menyatakan tetap bersyukur. Sebab, pada libur Lebaran tahun lalu TSTJ ditutup total. Pengunjung pada libur Lebaran kali ini merupakan warga lokal di Solo Raya atau eks Karesidenan Surakarta. Hal itu terlihat dari plat nomor kendaraan yang digunakan.

"Jadi memang kami kalau tahun kemarin tutup total tidak nerima pengunjung, ini terima pengunjung kami mengalir saja tanpa target, yang penting semuanya sehat, selamat, bahagia," imbuhnya.

Dia memperkirakan, jumlah pengunjung pada hari ketiga dan keempat Lebaran juga hampir sama dengan hari kedua. Kemudian, jumlah pengunjung akan kembali seperti hari-hari biasa saat pandemi mulai pekan depan. Bimo menyebut, saat pandemi jumlah pengunjung rata-rata 100-500 orang per hari.

Biasanya, setiap libur Lebaran TSTJ menyelenggarakan Pekan Syawalan selama lima hari dengan hiburan utama Kirab Joko Tingkir. Namun, tahun ini TSTJ meniadakan Pekan Syawalan untuk menghindari kerumunan.

"Sehingga kami buka dengan keterbatasan hanya bisa melihat satwa dan berinteraksi dengan satwa, kemudian permainan-permainan yang ada. Kalau untuk hiburan musik belum boleh," ungkapnya.

Bimo menyatakan, wisatawan yang berkunjung ke TSTJ sudah sadar melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Di samping itu, pengelola TSTJ sudah menyiapkan protokol kesehatan sejak dibuka kembali pada 19 Juni 2020. Sebelumnya, TSTJ sempat ditutup selama tiga bulan pada awal pandemi Covid-19.

"Bagi yang mau berkunjung ke TSTJ Solo tidak perlu khawatir, kami sudah menerapkan protokol kesehatan dan protokol konservasi. Kami juga dibantu penegakan disiplin dari Polresta Solo. Prinsipnya kami memberi layanan wisata yang sehat, aman dan bahagia," ucapnya.

Untuk menambah daya tarik bagi pengunjung, pengelola menyiapkan wisata makan durian yang dimulai pada Jumat. Wisata makan durian baru pertama kali diadakan di TSTJ.

Di sisi lain, Bimo menyampaikan, masyarakat masih bisa menggunakan tiket presale sampai 31 Desember 2022. Tiket presale dijual saat TSTJ ditutup pada awal pandemi Covid-19 untuk memenuhi biaya operasional dan pakan satwa. Saat itu, tiker presale dijual seharga Rp 20 ribu. Saat ini, tiket masuk TSTJ dibanderol Rp 25 ribu. Pengunjung yang menggunakan tiket presale tidak perlu menambah Rp 5.000 lantaran manajemen TSTJ menganggap mereka sebagai pahlawan konservasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement