Selasa 19 Jan 2021 12:09 WIB

Ini Tanggapan Sultan Soal Isu RS Rujukan Covid-19 Penuh

Dari ratusan RS yang ada di DIY, hanya 27 yang menjadi rujukan penanganan Covid-19.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
 Sri Sultan Hamengkubuwono X
Foto: Antara
Sri Sultan Hamengkubuwono X

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut tidak semua rumah sakit di DIY bisa menangani pasien Covid-19 secara langsung. Pasalnya, dari ratusan rumah sakit yang ada di DIY, hanya 27 rumah sakit yang menjadi rujukan penanganan Covid-19.

Untuk rumah sakit rujukan Covid19 yang dikelola swasta, katanya, kapasitas yang disediakan untuk penanganan Covid-19 hanya 10 persen. Berbeda dengan rumah sakit rujukan yang dikelola pemerintah, kapasitas untuk penanganan Covid-19 yang disediakan mencapai 40 persen.

Baca Juga

Sehingga, menurut Sultan, pasien yang belum mendapatkan ruang perawatan, itu karena rumah sakit tersebut belum dapat menangani pasien Covid-19 secara maksimal. Terutama bagi rumah sakit rujukan yang dikelola swasta karena tidak memiliki kapasitas yang besar untuk menangani pasien Covid-19.

"Saya punya pertanyaan, memang ada orang yang memang kesulitan (mendapat perawatan), ini di rumah sakit apa? Rumah sakit swasta?. Karena swasta ini memang yang tersedia itu hanya 10 persen menyediakan bed (tempat tidur isolasi)," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (18/1).

Untuk rumah sakit pemerintah, katanya, juga diupayakan untuk menambah kapasitas penanganan Covid-19. Seperti RSUP Dr Sardjito dan RSPAU dr S Hardjolukito. "Makanya dengan kekurangan saya lebih mudah untuk (menambah kapasitas rumah sakit) milik pemerintah. Misalnya 40 persen itu hanya 75 bed (yang disediakan) misalnya di Sardjito. Sekarang bisa ditingkatkan menjadi 115 kamar misalnya. Hardjolukito ada tambahan gedung yang baru dan ada 105 bed, jadi sebetulnya tidak ada masalah," ujarnya.

Ia juga meminta pemerintah kabupaten/kota untuk menambah kapasitas tempat tidur (bed) isolasi di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Hal ini mengingat kasus terkonfirmasi positif di DIY masih terus menunjukkan kenaikan yang signifikan hingga saat ini.

Namun, Sultan menyebut, penambahan bed isolasi penanganan Covid-19 ini diprioritaskan untuk pasien yang dengan gejala. Khususnya, untuk pasien yang bergejala sedang hingga berat. "Penambahan tempat tidur rumah sakit ini diprioritaskan untuk pasien dengan kriteria sedang-berat dan berat," jelasnya.

Sementara, untuk pasien Covid-19 yang tidak bergejala atau dengan gejala ringan dapat ditempatkan di shelter. Sehingga, dapat mengurangi terisinya kapasitas rumah sakit rujukan penanganan Covid-19.

"OTG (orang tanpa gejala) tidak perlu di rumah sakit, diisolasi (di shelter). Makanya sekarang saya minta hal seperti itu dilakukan oleh kabupaten/kota. OTG jangan memenuhi bed di rumah sakit. Harapannya, dapat mengurangi penuhnya tempat tidur (bed isolasi) di rumah sakit (rujukan penanganan Covid-19)," katanya.

Untuk itu, ia meminta pemerintah kabupaten/kota untuk menggerakkan dan memaksimalkan shelter untuk pasien Covid-19 tidak bergejala dan bergejala ringan. Dengan begitu, rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 hanya diisi oleh pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat.

"Kabupaten/kota juga diharapkan mampu memaksimalkan tempat untuk isolasi mandiri dengan mengupayakan melalui anggaran darurat yang dimiliki," tambahnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement