Sabtu 05 Dec 2020 06:25 WIB

Sultan HB X: Jangan Anggap Pandemi Covid-19 Sudah Selesai

Raja Keraton Yogyakarta ini meminta warganya tidak memandang sepele Covid-19.

Sri Sultan Hamengkubuwono X
Sri Sultan Hamengkubuwono X

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap masyarakat tidak menganggap pandemi Covid-19 di Tanah Air telah usai. Sehingga penerapan protokol kesehatan tidak lagi diterapkan secara ketat.

"Jangan menganggap bahwa semuanya sudah selesai. Obatnya tetap belum ada," kata Sultan HB X di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (4/12).

Baca Juga

Raja Keraton Yogyakarta ini meminta warganya tidak memandang sepele Covid-19 karena kenyataannya hingga kini penularan virus itu masih terus terjadi. Bahkan mengalami peningkatan kasus.

Ia berharap kesadaran menerapkan protokol kesehatan kembali dimiliki masyarakat. Seperti sedia kala pada saat awal pandemi Covid-19 melanda Tanah Air.

"Sekarang memang Yogyakarta naik terus, jadi semestinya pemda mengetatkan kontrol. Tetapi harapan saya masyarakat kembali lagi seperti awal kesadarannya bagaimana menggunakan dan berperilaku dengan protokol kesehatan," kata dia. Mendorong kesadaran menerapkan protokol kesehatan, kata dia, bukan berarti meminta masyarakat membatasi ruang gerak dengan hanya berdiam di rumah saja. 

Sementara itu, merespons masih tingginya penambahan kasus positif Covid di DIY, Sultan mengaku telah mengeluarkan keputusan agar penerapan protokol kesehatan kembali diperketat di desa-desa. Alasannya, penularan Covid-19 bukan hanya disebabkan orang yang bepergian, namun sudah berlangsung di lingkungan masyarakat sendiri.

"Dalam laporan, ini sudah di-tracing ternyata nomor (kasus) sekian bertemu nomor sekian. Berati kan antarlingkungan ini, bukan klaster dalam arti klaster seperti pengalaman yang lalu seperti di sekolah, enggak, tetapi sudah di kalangan warga masyarakat sendiri," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie mengharapkan bantuan relawan non-tenaga kesehatan (nakes) untuk membantu mengedukasi dan mengingatkan masyarakat mengenai pencegahan penularan Covid-19.

Menurut Pembajun, apabila upaya pencegahan di tingkat hulu tidak optimal, maka di tingkat hilir memungkinkan muncul peningkatan kasus Covid-19 yang pada akhirnya dapat membuat tenaga kesehatan kewalahan.

"Seberapa besar kapasitas (layanan kesehatan) yang kami sediakan, kalau di hulu tidak dikelola pasti di hilir akan kewalahan. Tenaga kesehatan bisa tumbang karena kelelahan," kata dia.

Sampai 4 Desember 2020 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat total suspek Covid-19 di DIY mencapai 16.662 orang. Pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dalam waktu 24 jam bertambah 181 orang sehingga total menjadi 6.565 kasus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement