Selasa 20 Oct 2020 23:35 WIB

Diorama Kearsipan DIY akan Cakup Sejarah 430 Tahun

Pemda DIY berencana membangun diorama kearsipan pada 2021 mendatang.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY berencana untuk membangun diorama kearsipan pada 2021 mendatang. Diorama ini akan menampilkan sejarah perjalanan DIY yang dibangun di Depo Arsip Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY.

"Diorama ini adalah diorama kearsipan, jadi bukan diorama sejarah atau yang lainnya. Namun memang kontennya terkait arsip sejarah DIY. Jadi di sini nanti arsip yang bicara," kata Kepala DPKA DIY, Monika Nur Lastiyani, Selasa (20/10).

Monika menjelaskan, diorama kearsipan ini nantinya mencakup sejarah DIY selama kurun waktu 430 tahun. Yaitu sejak kekuasaan Panembahan Senopati hingga masa keistimewaan DIY.

"Tentu saja tidak semua kejadian akan dibuatkan dioramanya dan kita paparkan arsipnya. Hanya peristiwa besar dan yang menonjol saja yang akan kita buat," ujarnya.

Diorama kearsipan ini dibangun dengan memanfaatkan teknologi informasi dan bersifat dinamis. Monika menuturkan, diorama ini sendiri akan dibangun menggunakan dana keistimewaan (danais) tahun anggaran 2021.

Pada tahap pertama, dianggarkan sebesar Rp 18 miliar untuk membangun sarana dan prasarana. Sementara, anggaran lebih akan diajukan pada tahap selanjutnya untuk mengembangkan kontek dan pemeliharaan diorama kearsipan.

"Bicara soal arsip, kita bicara tentang kapan arsip itu kita dapatkan. Jadi setiap ditemukan arsip yang baru, maka konten diorama juga harus disesuaikan dengan arsip baru yang didapat," jelasnya.

Tidak hanya diorama kearsipan, DIY bersama pemerintah pusat juga menyiapkan digitalisasi aksara Jawa. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate mengatakan, digitalisasi aksara Jawa ini ditargetkan selesai pada akhir 2020 nanti.

Menurutnya, digitalisasi aksara Jawa ini penting dilakukan. Salah satunya tujuannya yaitu agar aksara Jawa ini dapat dimengerti oleh generasi saat ini dan generasi di masa yang akan datang.

"Digitalisasi aksara Jawa ini begitu pentingnya agar semua yang ada di prasasti-prasasti, peninggalan budaya-budaya tinggi yang kita miliki dan peninggalan luhur kita itu bisa juga dipahami, dimengerti dan dilestarikan generasi saat ini dan generasi masa depan kita," kata Johnny.

Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, digitalisasi ini tidak hanya mencakup aksara Jawa. Melalui digitalisasi ini, diharapkan aksara Jawa dapat dipahami oleh masyarakat luas.

Pihaknya pun menyambut baik dengan adanya digitalisasi ini. Digitalisasi ini juga dilakukan sebagai upaya dalam melestarikan budaya asli Indonesia, termasuk DIY.

"Ini tidak hanya Jawa, tapi juga bahasa ibu dari provinsi lain juga ada. Harapan saya jangan sampai nanti bahasa ibu ini kalah dengan bahasa Indonesia. Sehingga tidak ada masyarakat lokal yang menggunakan lagi. Kita ingin menjaga bagaimana aksara Jawa ini tetap bisa dipahami oleh orang-orang," ujarnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement