Kamis 13 Aug 2020 01:00 WIB

Order Perusahaan Ramput Palsu di Purbalingga Turun 50 Persen

Sebagian besar produksi rambut palsu di Purbalingga diekspor ke Amerika.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Rambut palsu
Foto: Aliexpress
Rambut palsu

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Order atau permintaan ekspor produk bulu mata palsu dan rambut palsu dari berbagai perusahaan di Purbalingga, mengalami pernurunan cukup drastis. Sejak wabah Covid 19 menjadi pandemik global, permintaan ekspor wig atau bulu mata palsu turun hingga 50 persen.

Hal itu disampaikan Vice President Director PT Hyupsung, Son Hyung, saat menerima kunjungan Bupati Dyah Hayuning Pratiwi di perusahaannya, Rabu (12/8). ''Order ekspor perusahaan kami saat ini sedang susah, tidak sebaik saat kondisi normal/tanpa pandemi,'' kata dia.

Baca Juga

Dia menyebutkan, hampir seluruh produk wig dan bulu mata perusahaannya, diekspor ke luar negara. Yang terbesar, adalah di Amerika Serikat.

''Karena di AS sekarang juga sedang terjadi wabah, permintaan ekspor turun sampai dengan 50 persen lebih. Termasuk ke negara-negara lain di Asia dan Eropa,'' jelasnya.

Menanggapi hal ini, Bupati mengakui hampir seluruh sektor ekonomi memang terpengaruh wabah Covid 19. Tidak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. ''Hal inilah yang menyebabkan ekspor berbagai komoditas dari Purbalingga, mengalami penurunan,'' katanya.

Dia menyebutkan, penurunan permintaan  ekspor ini tidak hanya dialami PT Hyupsung yang merupakan perusahaan modal asing (PMA) asal Korea. Namun juga perusahaan sejenis yang ada di Purbalingga.

Perusahaan sejenis antara lain seperti PT Mahkota Tri Angjaya (industri bulu mata palsu), PT Sinar Cendana Abadi (industri bulu mata), PT Sung Chang (industri rambut palsu), PT Karya Bhakti Manunggal (industri pengolahan kayu), dan PT Hyupsung (industri  bulu mata palsu). ''Semua perusahaan itu, mengalami penurunan permintaan. Turunnya, berkisar antara 30 sampai 50 persen,'' jelasnya.

Dalam kondisi ini, dia berharap kalangan pengusaha tersebut dapat tetap bertahan, sambil menunggu kondisi pulih. ''Mudah-mudahan wabah Covid-19 bisa segera teratasi, sehingga kondisi ekonomi bisa kembali stabil dan pulih seperti sediakala,'' katanya.

Dari hasil pantauan ke perusahaan-perusahaan tersebut, Tiwi menyebutkan, masing-masing perusahaan mengambil  kebijakan yang berbeda-beda dalam menyikapi penurunan order. Ada yang masih bisa mempertahankan karyawannya untuk tetap bekerja, namun ada juga yang sudah mengambil kebijakan merumahkan sebagian karyawan.

Terkait masalah penerapan protokol kesehatan, Tiwi menyatakan, seluruh perusahaan yang dikunjungi telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. 'Alhamdulillah, semua pabrik sudah menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari kewajiban bagi karyawan untuk mengenakan masker, menyediakan fasilitas cuci tangan, jaga jarak, dan pengukuran suhu tubuh,'' katanya.

Bahkan Tiwi menyebutkan, beberapa perusahaan melakukan penyekatan antar karyawan dengan menggunakan mika. Terutama bagi karyawan yang posisi kerjanya saling berhadap-hadapan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement