Jumat 10 Jul 2020 17:15 WIB

Kiat PT Semen Indonesia Hijaukan Kembali Lahan Bekas Tambang

PT SIG berkomitmen untuk selalu menjaga kelestarian alam dalam kegiatannya

Rep: bowo pribadi/ Red: Hiru Muhammad
Hijaukan kembali lahan bekas penambangan kapur yang ada di sekitar kawasan pabrik Tuban, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) menerapkan reklamasi dengan sistem alur.
Foto: istimewa
Hijaukan kembali lahan bekas penambangan kapur yang ada di sekitar kawasan pabrik Tuban, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) menerapkan reklamasi dengan sistem alur.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Hijaukan kembali lahan bekas penambangan kapur yang ada di sekitar kawasan pabrik Tuban, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) menerapkan reklamasi dengan sistem alur. Selain dikenal lebih ramah lingkungan, metode reklamasi tersebut juga lebih efisien, jika dibandingkan dengan sistem reklamasi yang sudah dilakukan SIG pada umumnya (reklamasi konvensional).

General Manager of Mining & Raw Material SIG, Musiran menjelaskan, metode reklamasi kawasan bekas tambang batu kapur di pabrik Tuban selama ini dilakukan dengan menutup seluruh permukaan dengan top soil.

Sehingga proses reklamasi metode konvensional tersebut harus membutuhkan material top soil yang banyak, dari lahan sekitar kawasan pertambangan dan upaya ini dianggap kurang efisien.

Sebaliknya, dengan teknik reklamasi sistem alur ini sangat cocok diterapkan dalam menghijaukan kembali lahan bekas tambang tersebut.“Karena bisa menyiasati keterbatasan cadangan top soil yang ada di sekitar area tambang batu kapur tersebut,” ungkapnya, melalui keterangan pers yang diterima Republika, di Semarang, Jumat (10/7).

 

Ia juga menjelaskan, jika upaya reklamasi dilakukan dengan menggunakan metode konvensional, maka penanaman kembali dengan bibit pohon pada tiap area 1 hektare eks tambang membutuhkan top soil hingga 3.000 meter kubik.

Namun dengan teknik alur membuat lubang berbentuk alur memanjang seperti parit, dengan dimensi tertentu sebagai media tanam maka kebutuhan top soilnya hanya berkisar 800 meter kubik atau hanya sekitar 30 persennya saja.

Sehingga dengan reklamasi sistem alur ini dapat menghemat top soil hingga70 persen jika dibandingkan dengan metode konvensional, tanpa mengurangi tingkat keberhasilan reklamasi,” tegas Musiran.

Penerapan sistem alur juga dapat menekan biaya hingga mencapai 63 persen dengan tingkat keberhasilan reklamasi lebih dari 85 persen. “Bahkan, teknik reklamasi sistem alur ini merupakan inovasi baru yang dikembangkan SIG dan pertama di Indonesia,” tambahnya.

Musiran juga menambahkan, SIG berkomitmen untuk selalu menjaga kelestarian alam dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Upaya ini diujudkan melalui reklamasi lahan bekas tambang batu kapur.

Di sekitar lingkungan pabrik Tuban, lahan pascatambang batu kapur yang telah direklamasi bahkan menjadi sarana edukasi, wisata dan hutan yang hijau.

Sedangkan lahan pascatambang tanah liat saat ini telah dijadikan sebagai embung penampungan air hujan yang juga telah difungsikan masyarakat untuk budidaya ikan dan pengairan lahan pertanian.Sehingga masyarakat yang berada di sekitar pabrik tersebut tetap bisa bercocok tanam meskipun pada musim kemarau.Hingga saat ini SIG telah mereklamasi lahan pascatambang seluas 271,50 hektare.

Berbagai jenis tanaman keras telah ditanam dalam reklamasi tersebut, seperti tanaman Jati, Johar, Mahoni, Sengon, Flamboyan, Trembesi dan Kesambi. “Adapun jumlah pohon yang ditanam mencapai hingga saat ini telah mencapai 419.091 batang,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement