Kamis 04 Jun 2020 07:43 WIB

Inflasi DIY pada Mei Capai 0,22 Persen

Inflasi DIY salah atunya didorong tarif pesawat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi pesawat. Inflasi DIY salah atunya didorong tarif pesawat.
Foto: Anadolu/Elman Omic
Ilustrasi pesawat. Inflasi DIY salah atunya didorong tarif pesawat.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan mengatakan, inflasi di DIY kembali meningkat pada Mei 2020. Tercatat, realisasi inflasi di DIY mencapai 0,22 persen (mtm).

Dari realisasi tersebut, laju inflasi DIY secara akumulatif dari awal 2020 hingga Mei 2020 tercatat 0,72 persen (ytd) atau secara tahunan yakni 2,09 persen (yoy). Dengan begitu, inflasi di DIY merupakan yang tertinggi di Pulau Jawa.

Baca Juga

"Walaupun demikian, capaian inflasi tahunan DIY sedikit lebih rendah dibanding inflasi nasional yaitu 2,19 persen (yoy), namun masih berada pada batas bawah sasaran yang ditetapkan, yakni 3 plus minus 1 persen (yoy)," kata Hilman dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/6).

Tekanan inflasi di DIY pada Mei 2020 disebabkan oleh kelompok harga yang diatur oleh pemerintah (administered price). Inflasi ini pada Mei 2020 ini mengalami peningkatan seiring dengan aktivitas ekonomi yang mulai berjalan seperti kembali beroperasinya transportasi umum, salah satunya angkutan udara.

Dibukanya kembali aktivitas bandara pada Mei 2020 diiringi dengan pembatasan jumlah kursi penerbangan sebesar 50 persen. Hal ini, menyebabkan maskapai mulai meningkatkan tarif angkutan udara untuk menutup kerugian akibat penurunan jumlah kursi tersebut.

"Tarif angkutan udara pada Mei 2020 mengalami inflasi sebesar 15,6 persen (mtm), setelah empat bulan terakhir telah turun 19,9 persen (ytd)," ujarnya.

Sementara itu, inflasi inti (core inflation) di DIY relatif stabil. Bahkan, kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) masih mengalami deflasi.

Core inflation ini berasal dari tarif sewa rumah yang meningkat 0,35 persen (mtm). Sedangkan, volatile food yang mengalami deflasi dikarenakan pasokan yang melimpah pada beberapa komoditas pangan utama.

Berdasarkan pencatatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga bawang putih di DIY pada akhir Mei 2020 mencapai Rp 26.500 per kilogram. Hal ini mengalami penurunan 19,2 persen (mtm), jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Selain itu, panen raya yang terjadi menyebabkan harga cabai rawit turun 18,2 persen (mtm) ke rata-rata harga bulanan yaitu Rp 18.550 per kilogram. Cabai merah turun 17,1 persen (mtm) ke rata-rata harga bulanan yakni Rp 16.500 per kilogram.

"Deflasi cabai tersebut telah menekan harga di petani mendekati break event point (BEP). Sehingga intervensi pemerintah diperlukan untuk menjaga harga tidak turun terlalu dalam. Dalam kondisi ini, perlu diwaspadai dampak Covid-19 yang telah menyebabkan penurunan penyerapan komoditas pokok di DIY," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement