Senin 13 Sep 2021 16:55 WIB

Angin Kencang, Nelayan Sulit Melaut

Dengan melaut di pinggir perairan, Tarokim hanya bisa memperoleh ikan-ikan kecil.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Pengendara roda dua menerobos hujan disertai angin kencang (ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Pengendara roda dua menerobos hujan disertai angin kencang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Angin kencang yang melanda perairan Cirebon membuat nelayan di daerah tersebut sulit melaut. Hal itu membuat hasil tangkapan mereka berkurang sehingga membuat harga ikan mengalami kenaikan.

Salah seorang nelayan asal Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Tarokim, mengatakan, angin kencang terjadi sejak beberapa hari terakhir. Angin kencang itu memicu gelombang yang tinggi di laut. "Gelombang tinggi bisa membuat perahu jadi terbalik. Saya tidak berani melaut jauh-jauh, hanya di pinggiran saja," ujar Tarokim, Senin (13/9).

Baca Juga

Dengan melaut di pinggir perairan, Tarokim hanya bisa memperoleh ikan-ikan kecil. Hasil tangkapannya pun hanya sedikit. "Ya sekadar untuk kebutuhan sehari-hari," tutur Tarokim.

Tarokim mengungkapkan, tidak semua nelayan berani melaut dalam kondisi angin kencang. Menurutnya, tak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut dan hanya mengisi waktu mereka dengan memperbaiki jaring di darat.

Menurut Tarokim, para nelayan di daerahnya kebanyakan hanya menggunakan kapal kecil saat melaut. Karenanya, kapal mereka rawan mengalami kecelakaan jika dihantam gelombang tinggi.

Sementara itu, angin kencang tersebut menyebabkan naiknya harga ikan. Seperti yang terlihat di TPI Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Di TPI tersebut, harga ikan laut mengalami kenaikan di kisaran Rp 2.000 hingga Rp 5.00 per kilogram.

"Harga ikan naik karena berkurangnya pasokan dari nelayan. Mereka kebanyakan tidak berani melaut dalam kondisi angin kencang seperti ini," tandas Anto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement