Kamis 18 Feb 2021 15:37 WIB

Santri Negatif di Pesantren Tasikmalaya Telah Dipulangkan

Santri yang sudah dipulangkan telah menjalani tes swab antigen di klinik pessantren

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Petugas keamanan berjaga di depan gerbang Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya, Kamis (18/2). Lingkungan pesantren itu di-lockdown lantaran terdapat ratusan santri dan pengajar yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Petugas keamanan berjaga di depan gerbang Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya, Kamis (18/2). Lingkungan pesantren itu di-lockdown lantaran terdapat ratusan santri dan pengajar yang terkonfirmasi positif Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Ratusan santri Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya terkonfirmasi positif Covid-19. Para santri yang positif itu sudah menjalani isolasi di sejumlah tempat. Sementara santri yang telah dipaatikan negatif telah seluruhnya dipulangkan ke rumahnya masing-masing.

Pimpinan Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya, ustaz Asep Abdul Hamid mengatakan, mayoritas santri dan pengajar yang terkonfirmasi positif berstatus sebagai orang tanpa gejala (OTG) dan di isolasi di sejumlah tenpat terpisah. Hanya ada beberapa orang yang bergejala dan dirawat di rumah sakit. "Yang ke rumah sakit itu sebelum ini mereka sudah sakit. Jadi mereka punya gejala," kata dia, Kamis (18/2).

Ia menambahkan, seluruh santri yang telah dinyatakan negatif seluruhnya sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, lantaran para santri negatif itu sempat melakukan kontak erat dengan santri yang positif selama menunggu hasil swab, yang dipulangkan harus melakukan tes swab antigen.

Menurut dia, sebagian santri yang sudah dipulangkan telah menjalani tes swab antigen di klinik pesantren. Terdapat sekira 470 santri yang telah dipulangkan. Namun, ada beberapa santri yang sebelumnya dinyatakan negatif, hasil antigennya reaktif. "Akhirnya mereka tak jadi pulang. Isolasi dulu di pesantren. Ada 10 orang yang yang semula negatif menjadi positif," kata dia.

 

Ia menyebutkan, saat ini santri dan pengajar yang diisolasi di asrama pesantren saat ini berjumlah 185 orang. Jumlah itu bertambah 10 orang, yang hasil tes swab antigennya positif, dari sebelumnya 175 orang.

Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya terakhir, setidaknya terdapat 383 orang di lingkungan pesantren itu yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dari total kasus yang ada, 333 orang di antaranya merupakan santri dan 50 pengajar dan karyawan pesantren tersebut. Mereka yang terkonfirmasi positif diisolasi tersebar di sejumlah tempat, yaitu 110 orang di Hotel Crown, 55 orang di Rumah Sakit Dewi Sartika, lima orang di RSUD dr Soekardjo, 175 orang di pesantren, satu orang di RSHS, satu orang di Puskesmas Lakbok Ciamis, tiga orang telah pulang, dan 33 orang isolasi mandiri.

Asep menambahkan, para santri yang berstatus OTG akan berakhir masa isolasinya pada Selasa pekan depan. Baik santri yang menjalani isolasi di Hotel Crown, Rumah Sakit Dewi Sartika, dan asrama pesantren, akan dipulangkan setelah melewati masa isolasi."Hari Selasa insyaallah semua berakhir isolasinya," ujar dia.

Ihwal penyebab munculnya kasus terkonfirmasi positif di lingkungan pesantren itu, Asep mengaku tak mengetahui secara pasti. Namun, ada dugaan penularan Covid-19 terjadi akibat interaksi dengan warga sekitar pesantren. 

Menurut dia, sebelumnya di wilayah Benda, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, terdapat klaster keluarga. Diduga ada warga yang suka menitip dagangan ke pesantren yang terkonfirmasi positif. "Kemungkinan dari sana," kata dia.

Asep mengklaim, selama ini pihaknya selalu menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. Jika tak memiliki keperluan mendesak, orang dari luar pesantren tak diizinkan masuk, termasuk orang tua santri.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, tim survailans dari puskesmas setempat telah melacak sejumlah warga di sekitar lingkungan pesantren yang menjadi kontak erat. Menurut dia ada 5-10 orang yang diduga pernah melakukan kontak dengan penghuni pesantren tersebut dalam beberapa hari terakhir. "Kita nanti akan tracing terus, termasuk kontak erat dari pengajar yang tinggal di luar pesantren," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement