Sabtu 30 Jan 2021 18:55 WIB

Catatan Longsor dan Potensinya di Jawa Barat

Longsor di Jawa Barat rawan dan berpotensi banyak menelan korban jiwa.

Foto udara bencana tanah longsor di Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (12/1/2021).
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Foto udara bencana tanah longsor di Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (12/1/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Beragam bencana hidrometeorologi kerap muncul ketika musim hujan melanda Indonesia. Tak terkecuali ancaman longsor yang menghantui pemukiman padat yang berada di dataran miring di Jawa Barat.

Catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat menyebutkan longsor sudah terjadi sebanyak 852 kali di daerah Jawa Barat sepanjang tahun 2020. Beberapa di antaranya hingga menelan korban jiwa.

Belum lagi pada awal tahun 2021 ini. Longsor terjadi di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Sabtu (9/1), dan mengakibatkan 40 orang meninggal dunia.

Seluruh 40 korban tersebut berhasil dievakuasi oleh Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Bandung selama 10 hari proses pencarian.

 

Satu tahun sebelum itu, peristiwa longsor pun terjadi di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tepatnya pada Januari 2020 lalu. Sebanyak tujuh orang dinyatakan meninggal dunia.

Meski begitu, peristiwa gerakan tanah atau longsor di daerah Jawa Barat memang tercatat lebih sedikit jumlahnya dibandingkan Jawa Tengah misalnya.

Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, tercatat ada 1.387 bencana longsor sepanjang tahun 2020. Artinya lebih banyak 62,7 persen atau 535 peristiwa longsor dibandingkan dengan Jawa Barat.

Walaupun longsor di Jawa Barat lebih sedikit, ada analisis lain yang dikemukakan oleh Peneliti Muda Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Dr Sumaryono.

Menurutnya di Jawa Tengah longsor hanya sering terjadi di sejumah kota atau kabupaten tertentu saja. Sedangkan di Jawa Barat hampir semua kabupaten dan kota memiliki kerawanan longsor.

"Kalau di Jawa Tengah itu biasanya sering terjadi di Banjarnegara, kemudian Purworejo, Kebumen, Banyumas, Brebes," kata Sumaryono saat dihubungi di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/1).

Adapun longsor terjadi di Jawa Barat berpotensi banyak menelan korban jiwa karena banyak pemukiman yang dibangun di kawasan dataran miring atau lereng terjal.

"Menurut saya masih banyak kerawanan di Jawa Barat, cuma banyaknya kejadian longsor tidak banyak korban, karena gerakan tanahnya lambat, contohnya rumahnya rusak retak, belah, tapi belum longsor," kata Sumaryono.

Selain itu, menurutnya 80 persen perisitiwa longsor itu dipicu hujan deras. Maka di musim hujan yang dipengaruhi fenomena La Nina ini, pemerintah maupun warga diminta mewaspadai longsor di Jawa Barat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement